Smelter Tak Kunjung Terealisasi di Bantaeng, Pembohongan Publik?

Rabu, 02 Agustus 2017 | 18:24 Wita - Editor: Irfan Wahab - Reporter: Muhammad Fardi - GoSulsel.com

Makassar, GoSulsel.com – Bupati Banteang, HM Nurdin Abdullah boleh saja mengumbar janji dan ‘pencitraan’ sejak lama jika di wilayah kekuasaannya bakal berdiri mega proyek, seperti Smelter.

Tapi faktanya, janji yang sudah ditelan mentah-mentah banyak pihak, ternyata tak kunjung terealisasi. Malah, rencana itu kini menuai sorotan, karena dikhawatirkan justru dimanfaatkan pihak asing, seperti Jepang.

pt-vale-indonesia

Fakta ini menjadi perbincangan para aktivis dan akademisi di dialog yang digelar Aliansi Peduli Pembangunan Daerah (Ampera) Sulawesi Selatan, dengan tema, “Menyoal Pembangunan di Kabupaten Bantaeng” di Warkop Bundu, Jalan Talasalapang, Makassar, Rabu (2/8/2017).

Ketua Umum Himpunan Aktivis Mahasiswa (HAM), Dedi Jalarambang mengungkapkan, banyak fakta yang memprihatinkan di Bantaeng selama kepemimpinan Nurdin Abdullah.

“Berdasarkan fakta, apa yang ada di Kabupaten Bantaeng sangat miris yang ada di dalamnya. Bantaeng itu indah hanya tampak dengan fisiknya saja, namun sumber dayanya sangat miris,” tegas Dedi.

Dia mencontohkan rencana pembangunan smelter yang bisa saja menghilangkan satu kecamatan. Dia menegaskan pembangunan Smalter perlu untuk dikoreksi, lantaran hanya dapat merugikan daerah. Terlebih lagi, hingga saat ini hanya sekedar menjadi wacana saja.

“Lebih dari 6 triliun investasi yang diusulkan. Melihat pembangunan smalter di Kabupaten Bantaeng, masih banyak perlu dikoreksi terlebih dahulu. Lahan yang harus disediakan untuk pengembangan smalter itu 5 ribu hektar, yakni satu kecamatan pasti akan hilang,” tuturnya.

Tidak hanya itu. Menurutnya pembangunan smalter harus jauh dari pemukiman penduduk, sehingga pembangunan yang ada di Bantaeng masih sangat diragukan.

“Nah sementara pembangunan smelter (Bantaeng) sangat dekat dengan pemukiman penduduk. Jangan sampai lahan kita dijual ke Jepang oleh Nurdin Abdullah (Bupati Bantaeng),” tegasnya.

Sementara Akademisi UIT Makassar, Dr Pattawari,SHI.,MH juga menganggap Bantaeng lebih fokus pada pembangunan fisik semata. Tapi pendidikan dan sumber daya manusianya terkesan tertinggal.

“Saya melihat di Bantaeng fokus pada pembangunan saja yang dibangun, sementara pendidikan atau sumber daya manusianya tertinggal,” terang Patawari.

Dia menjelaskan, majunya pendidikan dan sumber daya manusia adalah kunci dalam penunjangan kemajuan suatu daerah. Apalagi selama ini, sejumlah pembangunan perusahaan yang akan di bangun di Bantaeng, masih menjadi wacana isapan jempol semata.

“Kalau ada perusahaan international, ok. Harus juga minimal ada pendidikan yang bertaraf internasional. jangan cuma lari ke Makassar terus untuk menempuh pendidikan,” jelasnya. (*)