Lanjutkan Penelitian, IYL Bertolak ke Amsterdam & Helsinki
Makassar,GoSulsel.com – Usaha dan semangat Ichsan Yasin Limpo (IYL) mendalami penerapan pendidikan dasar di negara-negara maju, patut diacungi jempol. Di tengah kesibukannya sebagai kandidat gubernur Sulsel, peraih penghargaan tokoh peduli kemanusiaan di Indonesia itu, tetap meluangkan waktunya melanjutkan penelitian penyusunan disertasi gelar doktornya.
Kali ini, IYL yang juga pelopor pertama pendidikan gratis di Indonesia, bertolak ke Eropa, Selasa (03/10/17). Tujuannya fokus melakukan penelitian di dua negara. Masing-masing di Amsterdam (Belanda), serta Helsinki, Finlandia.
“Jadwal penelitian ini sudah di atur, sehingga tidak ada alasan untuk menunda,” kata Ichsan Yasin Limpo sebelum berangkat ke Jakarta, Selasa (03/10/17) sore.
Sesuai rencana, IYL yang tak lain kandidat gubernur Sulsel bakal berada di Eropa selama 10 hari, baik melakukan kunjungan langsung ke sekolah tingkat dasar, maupun bertatap muka dengan pejabat yang berwenang tentang pendidikan dasar di dua negara itu.
Penelitian kali ini, Ichsan didampingi istri Hj Novita, sekaligus mengajak beberapa guru besar di bidang pendidikan untuk bersama-sama melihat dan menggali pengalaman tentang penerapan pendidikan. Termasuk di Helsinki yang dikenal pendidikannya nomor satu.
Hasil penelitian ini, selanjutnya akan dijadikan bahan dalam penyusunan disertasinya sebelum melakukan promosi gelar doktor di Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar yang ditargetkan akhir tahun ini, atau paling lambat awal tahun 2018 mendatang.
Ichsan yang juga tercatat kepala daerah pertama di Sulsel yang menerapkan Sistem Kelas Tuntas Berkelanjutan (SKTB) saat menjabat sebagai Bupati Gowa, fokus meneliti tentang penerapan pendidikan dasar di tujuh negara. Baik soal kebijakannya, mata pelajaran, kualitas tenaga pendidik, maupun proses belajar mengajar, serta fasilitas pendukung.
Sebelumnya, Ichsan sudah melakukan penelitian langsung di sejumlah negara yang disetujui oleh promotor dan guru besar di Unhas. Diantaranya di Singapura, Jepang, serta Korea Selatan. Begitu pun sempat mengunjungi sekolah tingkat dasar di Australia.
Di setiap hasil penelitiannya, IYL selalu mengambil perbandingan dengan penerapan pendidikan di Indonesia. Di Korea Selatan misalnya, IYL mengakui jika di negara tersebut memiliki perhatian serius di bidang pendidikan. Keterbatasan sumber daya alam menjadikan negara yang dikenal dengan negeri Ginseng, bertekad untuk terus menciptakan manusia unggul melalui pendidikan yang berkualitas.
Menurutnya dalam mewujudkan hal di atas, sinergi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah menjadi keharusan di Korsel demi bisa memenuhi hak warga negara untuk mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu tanpa diskriminasi.
Mantan Bupati Gowa dua periode menyebutkan, bahwa pemerintah Korsel menjamin ketersedian anggaran, terutama bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun.
Kurikulum pendidikan di Korea, diterapkan dengan mengkoordinasikan pembelajaran teknik dalam kelas dan pemanfaatan teknologi. Matematika, sains dan studi sosial menjadi mata pelajaran utama yang diajarkan di sekolah mulai di jenjang pendidikan primer (primary education) untuk anak berusia 6-14 tahun, hingga jenjang pendidikan sekunder (secondary education).(*)