#

Epicentrum Politica: PAN & NasDem Buat Kadernya Bingung

Minggu, 08 Oktober 2017 | 06:08 Wita - Editor: Baharuddin - Reporter: Muhammad Fardi - GoSulsel.com

Makassar,GoSulsel.com – Lembaga Survei Epicentrum Politica memiliki penilaian tersendiri terhadap konstalasi  politik Pillwali Makassar dan Pilgub Sulsel 2018. Direktur Epicentrum Politica, Iin Fitriani dalam analisinya mengatakan, setidaknya ada dua partai politik yang membuat kadernya ‘bingung’, yakni PAN dan NasDem.
 
Teruntuk PAN, Iin menilai, kader matahari terbit itu akan membuat kadernya bingung dalam menentukan pilihan di Pilgub Sulsel 2018. Hal ini lantaran adanya perbedaan dukungan di pusat, antara ke Ichsan Yasin Limpo (IYL) dan Nurdin Abdullah (NA). Tidak berhenti di situ, PAN se Sulsel juga ikut menolak adanya keinginan DPP untuk mengusung NA dan tetap keukuh all out memenangkan padangan IYL – Cakka.
 
Serupa dengan NasDem dalam menentukan usungannya di Pilwali Makassar. Iin  mengatakan, meski tidak sama persis dengan yang dialami PAN, namun dia mengandaikan bahwa konstalasi  NasDem serupa tapi tak sama.
 
“Nasdem Sulsel pun dikacaukan kekompakannya dengan mencuatnya Indira Mulyasari Paramastuti sebagai wanita kader dari NasDem yang akan maju dikontestasi Pilwali, meski akan dipinang orang lain,disaat NasDem telah menggemborkan bahwa Cicu adalah satu-satunya yang akan diusung,” kata Iin, pada Sabtu (7/10/2017).
 
Diketahui, Bendahara NasDem Kota Makassar disebut – sebut telah deal maju sebagai bakal calon Wakil Wali Kota mendampingi Wali Kota Petahana, Moh Ramdhan Danny Pomanto. Padahal sebelumnya, NasDem telah sepakat akan menjadikan Ketua NasDem Makassar, Andi Rachmatika Dewi sebagai calon tunggal partai besutan Surya Paloh itu.
 
Iin melanjutkan, meski polemik yang terjadi adalah dinamika bebas dan wajar dalam rana politik, akan tetapi pergolakan tersebut tentu bakal mengundang reaksi yang berdampak kurang baik. 
 
“Pertama, hal ini berpotensi membingungkan kader partai. Sebab kader merupakan penggerak mesin partai yang akan bekerja,dengan adanya lebih dari satu pilihan, meskipun belum pasti, hal tersebut bisa meggoyahkan keyakinan mereka dan tentu akan berpengaruh pada pergerakan,” ucapnya. 
 
Hal ini bukan tanpa alasan, Iin menilai masalah tersebut cenderung akan menggiring mereka untuk condong mendukung pilihan mereka secara personal tanpa memperhatikan komando partai.
 
“Kedua, polemik tersebut menjadi simbol pragmatisme kekuasaan yang buruk dan tidak mencerminkan etika politik yang santun. Karena masalah ini terjadi di internal partai sendiri,yang mencitrakan kawan sendiri menjadi lawan,” paparnya. 
 
Ketiga, lanjut Iin, pertimbangan politik tersebut adalah manuver untuk menjatuhkan lawan semata. “Padahal kita mencari pemimpin, bukan penguasa. Politic is never fair play,” tandasnya.(*)

pt-vale-indonesia


BACA JUGA