Pemuda Maros Desak Polri Pecat Polisi Penembak Mahasiswa Unibos

Minggu, 08 Oktober 2017 | 15:57 Wita - Editor: Irwan Idris - Reporter: Muhammad Yusuf - GoSulsel.com

Maros, Gosulsel.com – Menyandang gelar mahasiswa merupakan suatu kebanggaan sekaligus tantangan. Betapa tidak, ekspektasi dan tanggung jawab yang diemban oleh mahasiswa begitu besar. Pengertian mahasiswa tidak bisa diartikan kata per kata, di mana mahasiswa sebagai seorang agen pembawa perubahan. Menjadi seorang yang dapat memberikan solusi bagi permasalahan yang dihadapi oleh suatu masyarakat bangsa di berbagai belahan dunia.

Tidak hanya itu, mahasiswa khususnya di Sulawesi Selatan ini memiliki berbagai catatan sejarah. Di mana, mahasiswa merupakan salah satu elemen penting dalam setiap episode panjang perjalanan bangsa. Hal ini tentu saja sangat beralasan mengingat bagaimana pentingnya peran mahasiswa yang selalu menjadi aktor perubahan dalam setiap momen – momen bersejarah. 

pt-vale-indonesia

Khusus di Makassar ada beberapa catatan demonstrasi atau persitiwa yang cukup menyita perhatian publik, yang diberi nama khusus di antaranya,

April Makassar Berdarah (AMARAH)

Pada tahun 2004, untuk kedua kalinya Aparat menyerang kampus UMI namun bukan oleh Tentara tapi Polisi yang menyebabkan lebih dari 300 mahasiswa menjadi korban (Luka Berat dan Ringan, bahkan salah satu mahasiswa fakultas Teknik menjadi sasaran tembak yang menembus paha kanan).

Insiden 13 November UNM Kampus Gunungsari

Kamis,13 November 2014 menjadi hari yang kelam untuk kota Makassar, khususnya untuk Universitas Negeri Makassar dan Lembaga Kepolisian Makassar.

Catatan-catatan sejarah itulah yang kemudian membuat status sebagai mahasiswa yang memiliki peran menjadi ironi. Perlakuan semena-mena dari oknum kepolisian tidak hanya didapatkan saat melakukan pergerakan. juga, saat hanya melakukan razia. Dalam berseragam sebahagian polisi seolah lupa akan perannya untuk mengayomi, melayani dan juga memberikan keamanan bagi masyarakat. 

Arialdi mahasiswa semester akhir Fakultas Hukum Universitas Bosowa, menjadi korban peluru liar oknum polisi, Jum’at, 6 Oktober 2017 dini hari . Ia kena tembak saat hendak pulang setelah semalaman menyelesaikan tugas akhir kuliahnya bersama seorang rekannya Nur Parawansah di jalan Urip Sumoharjo. 

Kejadian yang menimpanya itu kemudian mengundang sejumlah kecaman dari kalangan mahasiswa di berbagai kampus Makassar dan juga alumni. Jabal Nur salah satunya, sebagai mantan dari pengurus HPPMI Maros, sangat mengecam tindakan oknum polisi yang dengan gamblang meledakkan senpinya dan mengenai mahasiswa tersebut. 

“Hal seperti ini tidak bisa dibiarkan begitu saja, kelalaian dalam mengemban tanggung jawab harus diganjar setimpal. Selaku alumni Pengurus Hppmi tidak terima perlakuan polisi kepada mahasiswa,” ungkapnya. 

Ia pun meminta agar Kepolisian Republik Indonesia bersikap tegas, menindak anggota institusinya yang melanggar SOP. Ini sudah menjadi konsekuensi, apalagi tindakan oknum polisi tersebut sangat menciderai institusi kepolisian. 

“Jalan satu-satunya yah oknum tersebut harus dipecat. Juga kepada kapolda sulsel agar dipecat dari jabatanya serta oknum polisi yang melakukan penembakan dan pengeroyokan,” tegas Jabal yang juga merupakan alumni Universitas Negeri Makassar itu. 

Hal ini tentu saja agar ke depannya generasi bangsa Indonesia tidak habis oleh tindakan-tindakan semena-mena. Untuk itu sebagai mahasiswa mesti jeli melihat kondisi seperti ini karena perubahan itu perlu untuk kita lakukan demi kemaslahatan bersama.(*)