Setelah Ketemu Megawati, NA Mulai “Tantang” Demokrat?

Rabu, 18 Oktober 2017 | 20:20 Wita - Editor: adyn - Reporter: Baharuddin - GoSulsel.com

Makassar,GoSulsel.com – Konstalasi Pilgub Sulsel 2018 semakin menghangat. Jika sebelumnya kubu Nurdin Abdullah-Andi Sudirman Sulaiman (NA-ASS) “sesumbar” merebut rekomendasi sejumlah partai politik, maka pasca-Megawati Soekarnoputri membawa PDIP sebagai pengusung utama “The Proffessor”, kini mulai berubah.

Hanya hitungan jam setelah NA-ASS mengantongi rekomendasi PDIP, NA yang sempat menaruh harapan bisa diusung Partai Demokrat, justru balik “menantang” partai bentukan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu agar memunculkan poros koalisi baru. Apalagi, hubungan PDIP dan SBY selama ini selalu bersebrangan.

pt-vale-indonesia

Perubahan sikap mendadak NA ini memunculkan spekulasi. Apakah NA mendapat “bisikan” dari Megawati untuk menjadikan PDIP sebagai satu-satunya partai besar secara nasional menjadi pengusung utamanya? Atau memagari Bupati Bantaeng ini untuk tidak “mengemis” ke Partai Gerindra dan Partai Demokrat lagi?

Menanggapi hal itu Pakar Politik Universitas Islam Negeri Alauddin (UIN), Syahrir Karim menuturkan bahwa, bukan tidak mungkin, dalam komentar NA terkait keinginan adanya poros baru di Pilgub ada campur tangan elit parpol pengusungnya. Apalagi, NA yang telah hampir pasti melaju di Pilgub melalui jalur parpol pastinya sudah semakin pede, dan berani buka-bukaan.

“Memunculkan kesan sebagai pengusung utama dalam pilgub itu mempunyai nilai tersendiri. Bahkan terkadang menjadi harapan smua parpol terutama yang punya banyak kursi,” tuturnya.

Tentunya, kata Syahrir, melihat hal itu, Demokrat yang belum menentukan usungannya di Pilgub bisa saja merasa tertantang. Karena melihat konstalasi perkembangan politik di Pilgub Sulsel yang kian memanas. Apalagi, kalau memang Demokrat nantinya memberikan rekomendasinya ke kandidat kuat penantang NA.

“Memang kemungkinnnya agak sulit demokrat merapat ke NA, apalagi gerindra yang sudah bergabung ke NA semakin membuat demokrat sulit merapat. Pilihannya, demokrat membangun poros baru atau brgabung diantara dua paket diluar NA,” tuturnya.

“Yang pasti, siapapun kalau diluar poros NA pasti jadi “lawan” yang harus adu strategi untuk memenangkn kontestasi,” lanjut Syahrir.

Sebelumnya, Nurdin Abdullah yang memilih meninggalkan Tanribali Lamo sebagai pasangan, memberi pernyataan yang kesannya menantang Demokrat memunculkan pasangan lain. Alasannya, ia tidak punya firasat bakal mendapat rekomendasi dan restu dari partai berlambang Mercy ini.

“Mudah-mudahan ada poros baru yang terbangun, agar menambah pilihan (calon) kepada masyarakat Sulsel. Itu cuma harapan kita. Karena jangan sampai kalau kita dapat lagi, dikira kita borong partai lagi,” katanya saat bertandang ke sekretariat DPD Partai Gerindra Sulsel, Senin (16/10/2017) lalu.


BACA JUGA