#

Tokoh Asal Bone: IYL Punya Jati Diri Orang Bugis-Makassar

Selasa, 31 Oktober 2017 | 17:37 Wita - Editor: Baharuddin - Reporter: Baharuddin - GoSulsel.com

Makassar, GoSulsel.com – Orang Bugis-Makassar dikenal dengan ketegasan dan konsistensinya dalam bersikap. “Taro ada, taro gau” adalah pesan leluhur yang harus dijadikan pegangan. Seorang pemimpin, maupun calon pemimpin tak boleh memudahkan sesuatu, apalagi lain di mulut lain di perbuatan.

Sejak dulu sampai sekarang, orang Bugis-Makassar memegang teguh prinsip itu. Apapun resiko dan hambatannya, seorang pemimpin tak boleh goyah dalam mempertahankan komitmen dan konsistensinya, karena itu adalah jati diri kita sebagai orang Sulawesi Selatan.

pt-vale-indonesia

Mengkhianati komitmen, bukan watak orang Bugis-Makassar. Apalagi kalau itu dilakukan seorang yang menamakan dirinya pemimpin atau calon pemimpin. Sebab, siapapun yang plin-plan dalam bersikap, maka ia patut diragukan diberikan amanah.

Pernyataan ini disampaikan tokoh asal Kabupaten Bone, Andi Patabai Pabokori. Mantan Kepala Dinas Pendidikan Sulsel ini, ikut angkat bicara mengenai konstalasi Pilgub Sulsel. Baginya, sangat penting mengingatkan para calon pemimpin untuk tidak menggadaikan jati diri orang Sulsel.

“Taro ada taro gau, itu bukan hanya pesan leluhur kita. Tapi di Danrem TNI di Sulsel sekalipun, itu juga dijadikan sebagai motto kepada prajurit. Artinya, begitu berharganya sebuah komitmen yang harus dijunjung tinggi,” pesan Patabai kepada wartawan, Selasa (31/10/2017).

Dalam kondisi sekarang, lanjut mantan Bupati Bulukumba ini, jati diri orang Bugis-Makassar yang satu kata, satu perbuatan, itu juga dijunjung tinggi oleh Ichsan Yasin Limpo.  Ia menilai, IYL teguh dalam mempertahankan komitmen dan konsistensinya.

“Sebagai orang Bugis-Makassar, jujur saya merasa terharu atas sikap yang ditunjukkan Punggawa (julukan yang disematkan ke IYL). Itulah jati diri sesungguhnya orang Bugis-Makassar, taro ada, taro gau. Kalau boleh saya bilang, karakter pemimpin seperti itu sudah langka dimiliki,” tambah Patabai.

Sejak IYL menjadi Bupati Gowa, Patabai mengenalnya sebagai pemimpin yang tegas, dan mampu mencari jalan keluar.  Ichsan dianggap bukan pemimpin yang plin-plan, dan mudah terlena dengan iming-imingan. Itu sebabnya, ia tidak heran saat mendengar Punggawa berkomitmen tidak mengikuti jejak Nurdin Abdullah yang mengganti Tanribali Lamo.

“Ketegasan Pak Ichsan itu tidak diragukan. Tidak suka plin-plan dalam bersikap. Kalau beliau sudah bilang merah, maka jangan harap berganti warna. Itulah karakter dan jati diri beliau. Makanya, kita dambakan pemimpin seperti ini di Sulsel,” tandas Patabai yang dikenal sebagai tokoh kharismatik ini.

Patabai yang tak lain pentolan KPPSI Sulsel, mengurai, selain IYL menjunjung tinggi budaya dan adat Bugis-Makassar, pasangan Andi Mudzakkar ini juga masuk kriteria di dalam agama menentukan pemimpin. Alasannya, di ajaran Islam, pemimpin mesti dilihat dari kejujurannya.

“Di ajaran Islam itu disebut, kalau mau mencari pemimpin, maka carilah yang berkata jujur(siddik). Dan Pak Ichsan memenuhi itu (konsistensinya). Kemudian cerdas. IYL juga tidak diragukan, apalagi dalam waktu dekat akan menjalani promosi doktor. Gelar akademik itu juga bukan sembarangan, karena penelitiannya sangat berkualitas dan dilakukan di luar negeri,” urainya.

Selain itu, lanjut dia, kriteria di ajaran agama, seperti pemimpin mampu membangun komunikasi, IYL juga sudah terbukti selama ini. Baik setiap saat menjalin silaturahmi, maupun memiliki jaringan relawan dan simpatisan yang tersebar hingga pelosok.

“Selanjutnya adalah amanah. Dan Pak Ichsan, sekali lagi bisa dipercaya. Salah satu buktinya, selama 10 tahun menjadi Bupati Gowa, kita tidak pernah mendengar beliau tersangkut kasus dugaan korupsi, atau penyalahgunaan anggaran. Di kepemimpinan beliau, banyak terobosan yang dilakukan untuk membangun sumber daya manusia,” terangnya.

Terakhir, kata Patabai, sejak dulu memang sangat mengagumi IYL. Alasannya selain orangnya punya komitmen, juga punya perhatian tinggi terhadap pendidikan. Salah satunya tercatat sebagai pelopor pertama perda pendidikan gratis di Indonesia, serta berbagai terobosan lain tentang pendidikan yang sejalan tentang perhatiannya di bidang keagamaan.(*)


BACA JUGA