Arfiani Ayuzar, Nahkoda Kohati FE-UMI Hidup Mandiri di Jalur MUA

Minggu, 15 April 2018 | 16:52 Wita - Editor: Irwan Idris - Reporter: Junaid - Gosulsel.com

MAKASSAR, Gosulsel.com – I do not know anyone who has got to the top without hard work. That is the recipe. It will not always get you to the top, but should get you pretty near.”

Kalimat Margareth Tatcher, mantan Perdana Menteri Inggris berjuluk “The Iron Lady” itu sekelabat terlintas tatkala Arfiani Ayuzar Dg Ratu menyampaikan gagasannya tentang kemandirian seorang perempuan.

pt-vale-indonesia

“Yah, mungkin karena psikologis anak pertama, makanya saya selalu berusaha mandiri, uang pun saya usaha cari sendiri sebelum minta sama orang tua,” katanya dengan mata berbinar.

Jawaban itu meluncur dari bibir mungil gadis kelahiran Kota Parepare, Arfiani Ayuzar Dg.Ratu saat Gosulsel.com hendak menggali sudut pandang dan prinsip Vivi, -sapaannya.

Vivi tengah menapaki profesi sebagai Make Up Artist (MUA) sembari mengenyam pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar. Pemilik wajah manis berhias dagu terbelah itu mengaku bakat MUA berawal dari kesukaannya pada seni kaligrafi.

“Waktu di pesantren, salah satu keahlianku itu kaligrafi Al-Qur’an. Malah waktu kelas dua Aliyah, saya pernah juara satu tingkat kabupaten Barru,” kisah tamatan Pondok Pesantren DDI Mangkoso itu.

Di bangku kuliah, Vivi berkesempatan mewakili UMI mengikuti lomba kaligrafi yang diadakan di Universitas Indonesia (UI). Baginya, seni menggores pensil membutuhkan konsentrasi dan imajinasi tingkat tinggi.

“Butuh imajinasi serta siap bermain kotor-kotoran, kurang lebih seperti melukis,” ucapnya sumringah.

Meski berusaha profesional sebagai perias wajah, gadis ramah itu tidak mematok harga terlampau mahal, apalagi bila yang meminta adalah orang-orang dekatnya.

“Saya tidak pernah minta bayaran lebih sama orang, apalagi kalau teman dekat,” tutur Ketua Kohati Komisariat Fakultas Ekonomi UMI itu.

Upaya meniti karir sebagai perias wajah hits, tak lalu membuat Vivi menomorduakan aktifitas organisasi sebagai Ketua Kohati dan pengurus himpunan. Karena baginya, organisasi bermanfaat membentuk jiwa dan karakter yang kuat. Di samping itu, ia begitu berharap bisa menjadi manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya.

“Orientasiku sekarang pada pendidikan dan organisasi, sebab organisasi itu bagi saya adalah ladang pahala,” terang gadis yang layak dijuluki the killer eyes itu.

Anak pertama dari empat bersaudara itu mengutarakan harapannya menjadi sosok yang bisa menjadi pelindung dan tempat ternyaman bagi perempuan lain untuk bercerita tentang kehidupan, serta tempat yang tepat untuk berbagi keluh kesah.

“Tapi yah memang secara umum selama menjadi pengurus komisariat, perempuan kebanyakan loyal ketika merasa nyaman,” ucapnya.

Vivi menilai selama menjadi aktifis organisasi, teramat banyak hal bermanfaat yang ia rasakan. Di organisasi, Vivi belajar tentang kesabaran, cara mengatasi tekanan, serta belajar berkorban untuk kepentingan orang banyak. “Mengorbankan pencapaian pribadi, menekan ego, kerja tidak digaji, dan kalau lalai selalu dicaci,” paparnya terkekeh.

Gadis berhidung bangir itu pun mengungkap tipe lelaki idaman yang ia impikan menjadi pendamping hidupnya. “Cowok idamanku yang sabar, pekerja keras, sedikit teori dan banyak aksi. Penyayang keluarga dan pengertian,” ungkapnya. “Tapi masih adakah yang begini?,” tanya dara yang genap berusia 22 tahun pada tanggal 15 April itu.(*)


pesona 5
pesona 4
pesona 3
pesona 1
pesona 6

LIHAT JUGA