Kadispora Gowa: Hijab Bukan Masalah Dalam Olahraga

Kamis, 11 Oktober 2018 | 10:12 Wita - Editor: Andi Nita Purnama - Reporter: Mutmainnah - Gosulsel.com

Gowa, GoSulsel.com — Didiskualifikasinya Miftahul Jannah dari Asean Para Games karena enggan melepas kerudungnya cukup banyak menyita perhatian publik.

Hal tersebut menuai banyak dukungan dari khalayak. Namun ada pula yang berpendapat bahwa keputusan mendiskualifikasi sangat wajar dilakukan, karena berdasar pada aturan yang berlaku secara internasional.

pt-vale-indonesia

Kain penutup mahkota perempuan tersebut dianggap bisa beresiko kematian. Hal ini bisa terjadi dengan tercekiknya leher oleh kerudung saat melakukan gerakan bela diri judo. 

Alasan tersebut justru ditepis oleh Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Kadispora) Gowa, Muhammad Fajar. Kepada Gosulsel.com, ia membeberkan fakta adanya atlet judo berhijab asal Gowa yang berhasil menyabet juara 2 di Pekan Olahraga Daerah yang dilaksanakan di Pinrang pada bulan September 2018 lalu.

“Waktu pelaksanaan Porda baru-baru ini di Pinrang, itu tetap main yang pake jilbab. Itu yang kempo, judo, karate. Bahkan ada yang sampai juara dua waktu itu,” ungkap Muhammad Fajar saat ditemui di kantor Dispora Gowa, Jalan Mesjid Raya No. 30, Gowa, Rabu kemarin (10/10).

Muhammad Fajar menyatakan bahwa  Pemerintah Kabupaten Gowa tidak  mempermasalahkan Atlet berhijab.

“Saya tidak tahu kalau ada aturan di skala internasional atau seperti Olimpic, tapi kalau kita tidak, sepanjang itu tidak mengganggu. Jadi hijab dalam olahraga itu tidak masalah. Kan itu juga kewajiban bagi Muslimah,” jelas Muhammad Fajar.

Ia mendukung pernyataan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) yang menganggap bahwa aturan yang berlaku tentang penggunaan hijab bagi atlet perlu diperbaiki.

“Kemenpora juga kan menyayangkan kalau memang ada aturan yang seperti itu. Kedepannya itu, makanya perlu dilakukan perbaikan agar orang yang berprestasi bisa berlaga di olahraga ini. Jadi kita harus dukunglah, kan ini  skala internasional yang diadakan di Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah Muslim,” tambah Muhammad Fajar.

Ia juga mengherankan kenapa ini baru dipermasalahkan, padahal justru pada pagelaran Asean Games sebelumnya para atlet perempuan bela diri berkerudung tetap bisa tampil dengan kerudung mereka. Atlet yang berasal dari negara seperti Iran dan Irak juga tidak dipermasalahkan dalam penggunaan hijab.

“Waktu Asean games banyak itu yang pake kerudung, atlet silat dan mereka dapat emas. Yang dari Iran dan Irak juga kan tidak diminta ji buka kerudung saat bertanding. Jadi kenapa yang dari Indonesia dilarang,” herannya.

Di akhir, Muhammad Fajar berharap pihak terkait merevisi aturan penggunaan hijab agar Muslimah yang menjalankan kewajibannya menutup aurat, tidak dihalangi untuk berprestasi dan berkarya.

Diketahui, atlet judo yang telah berlatih selama 10 bulan untuk mengikuti kejuaraan skala Asean khusus disabilitas. Namun harus kandas saat hendak memasuki arena pertandingan.

Satu-satunya alasan didepaknya Miftahul Jannah adalah karena urungnya ia melepas kerudung yang menghiasi kepala. Alasan tersebut justru dianggap hanya asumsi belaka bagi sebagian besar masyarakat.(*)


BACA JUGA