Sejumlah Anggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) melakukan kunjungan kerja ke DPRD Kabupaten Gowa, Kamis (28/2/2019)

Lumbung Padi Terbesar di Sulsel “Sharing” Peningkatan Pertanian di Gowa

Kamis, 28 Februari 2019 | 13:13 Wita - Editor: Andi Nita Purnama - Reporter: Junaid - Gosulsel.com

GOWA, GOSULSEL.COM — Sejumlah Anggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) melakukan kunjungan kerja ke DPRD Kabupaten Gowa, Kamis (28/2/2019).

Sejumlah anggota DPRD dari kabupaten yang dikenal sebagai lumbung padi terbesar di Sulawesi Selatan ini diterima langsung oleh Sekretaris Komisi III DPRD Kabupaten Gowa, Yusuf Haru.

pt-vale-indonesia

Sementara itu, H. Abdul Rahman yang memimpin rombongan mengatakan Komisi III DPRD Kabupaten Sidrap tersebut mengatakan bahwa kedatangannya ke DPRD Gowa selain sebagai ajang silaturahim juga untuk mengetahui sistem pengairan di Kabupaten Gowa.

“Selain silaturahim, terkait kunjungan kami di Kabupaten Gowa, kami dari DPRD Kabupaten Sidrap juga untuk mengetahui bagaimana sistem pengairan lahan pertanian di Kabupaten Gowa,” ujarnya.

Sementara itu, Ahmad Sholihin anggota Komisi III DPRD Kabupaten Sidrap dari Partai Golkar juga mengatakan bahwa kunjungannya ke Kabupaten Gowa sharing tentang pengairan tak lain adalah untuk peningkatan produksi hasil pertanian.

“Kalau kita berbicara ketahanan pangan, justru Sidrap ini menjadi lumbung. Karena ini justru menjadi PR bagi kami untuk terus berbenah diri, untuk terus memperbaiki sistem-sistem termasuk sistem pengairan,” jelasnya.

Lanjutnya, kedatangannya di Kabupaten Gowa, karena ia menganggap bahwa kabupaten yang dikenal sebagai Gowa Bersejarah ini memiliki sumber daya air yang cukup melimpah.

“Ini sekedar gambaran, kami butuh informasi bagaimana sistem pengairan khususnya untuk lahan pertanian di Kabupaten Gowa ini,” lanjutnya.

Menanggapi hal tersebut, Yusuf Harun mengatakan bahwa untuk Kabupaten Gowa memiliki waduk Bili-Bili yang dimanfaatkan sebagai pengairan lahan pertanian dan air bersih. “Bili-bili ini selain untuk keperluan air bersih untuk Wilayah Makassar dan Gowa, juga untuk keperluan pengairan lahan pertanian,” ujarnya.

Yusuf Harun juga menjelaskan bahwa sistem pengairan khususnya untuk lahan pertanian sangat dibutuhkan dalam rangka menjaga stabilitas ketahanan pangan. Ia juga menyebutkan bahwa kemakmuran suatu daerah atau wilayah sangat ditentukan dengan stabilitas pangan.

“Kalau kita mau melihat daerah kita makmur ini yang pertama kita lihat adalah stabilitas ketahanan pangan. Kalau kita kelola dengan baik ini pengairannya maka petani juga akan sejahtera,” ujarnya.

Sedangkan, Kepala Bidang (Kabid) Pengairan Dinas Pekerjaan Umum dan Preumahan Rakyat (PUPR) Kabupaten Gowa, A.Yusla Jusuf mengatakan bahwa kehadiran bendungan Bili-Bili selain untuk warga Kabupaten Gowa, juga digunakan di Kota Makassar dan Takalar.

“Jadi bendungan Bili-Bili itu dipergunakan untuk air baku air minum Kota Makassar dan Kabupaten Gowa. Selain itu dimanfaatkan untuk irigasi di Kabupaten Takalar. Jadi Bili-Bili itu ada tiga daerah irigasi yaitu Kampili, Bissua dan irigasi Bili-Bili sendiri,” jelasnya.

Ia juga menyebutkan bahwa saat ini sedang berlangsung pembangunan Bendungan Karangloe. Hanya saja air dari bendungan tersebut sebagian besar akan dinikmati masyarakat Jeneponto. Ia juga menambahkan tahun ini juga akan mulai dibangun Bendungan Jenelata yang airnya akan dinikmati oleh masyarakat Kabupaten Gowa.

“Jadi di Kabupaten Gowa ini, bukan hanya jembatannya yang kembar. Tapi nanti bendungannya juga kembar. Bendungan Jenelata ini akan dibangun di samping bendungan Bili-Bili,” tambahnya.(*)


BACA JUGA