Ketua YLKI, Tulus Abadi/INT
#

Sebut Debat Masih Sektoral, YLKI Ragukan Visi Misi Bidang Kesehatan Para Cawapres

Senin, 18 Maret 2019 | 17:13 Wita - Editor: Irwan Idris - Reporter: Dila Bahar - Gosulsel.com

MAKASSAR, GOSULSEL.COM Debat kandidat putaran ketiga yang hanya melibatkan calon wakil presiden (Cawapres) Ma’ruf Amin dan Sandiaga Uno, Minggu (17/3/) malam tadi, diharapkan mampu memberikan pemahaman bagi masyarakat Indonesia terkait visi misi yang lebih kompleks sesuai dengan tema yang diangkat.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi dalam debat tersebut, menyoroti visi misi kedua cawapres di bidang kesehatan.

pt-vale-indonesia

“Visi misi yang disampaikan para paslon cawapres terlihat terlalu teknis, dan sektoral. Lebih kepada visi misi seorang menteri, bukan seorang cawapres. Padahal persoalan yang ada harus disikapi dengan kebijakan yang komprehensif dan holistik,” jelas Tulus dalam keterangan persnya ke redaksi Gosulsel.com, Senin (18/3/2019).

Ia menyebutkan, terkait dengan persoalan BPJS Kesehatan dan stunting, kedua paslon belum menonjolkan upaya preventif promotif secara serius, dan sistematis.

“Sangat ironis, terbukti, para paslon tidak sedikitpun berbicara upaya pengendalian konsumsi tembakau. Padahal baik stunting dan defisit BPJS Kesehatan sekalipun, sangat erat kaitannya dengan upaya preventif promotif, salah satunya adalah pengendalian konsumsi tembakau,” terangnya.

Menurutnya, stunting memang disebabkan karena kurangnya asupan gizi secara kronis pada rumah tangga miskin. Tetapi asupan gizi yang kurang itu karena alokasi pendapatan rumah tangga miskin lebih banyak untuk membeli rokok, bukan untuk membeli lauk pauk.

“Tak hanya itu, finansial defisit BPJS Kesehatan juga banyak dipicu oleh penyakit tidak menular, seperti jantung koroner, stroke, hipertensi, gagal ginjal, dll. Penyakit ini muncul karena faktor gaya hidup. Dan konsumsi rokok berkontribusi paling signifikan atas munculnya penyakit-penyakit tersebut,” tambahnya.

YLKI mempertanyakan dengan keras para paslon tidak menjadikan upaya preventif promotif berupa wabah konsumsi rokok sebagai agenda kebijakannya.

“Ada kepentingan apa sehingga para cawapres tidak menyinggung upaya pengendalian konsumsi rokok? Aneh bin ajaib. Apalagi hasil Riskesdas 2018, prevalensi penyakit ridak menular justru melonjak drastis, dibandingkan prevalensi pada Riskesdas 2013,” jelasnya.

“Dengan melihat visi misi kedua paslon tersebut, YLKI sangat meragukan masalah kesehatan secara holistis akan bisa diwujudkan dan diatasi. Dan BPJS Kesehatan pun akan mengalami defisit finansial yang berkepanjangan,” tutupnya.(*)


BACA JUGA