Imam Besar Masjid Istiqlal, KH Nasaruddin Umar, saat menyampaikan hikmah Isra Miraj, di Auditorium Aljibra Kampus 2 UMI, Rabu (10/4/2019)

Imam Besar Istiqlal Bawakan Ceramah Isra Miraj di UMI

Rabu, 10 April 2019 | 12:56 Wita - Editor: Andi Nita Purnama -

MAKASSAR, GOSULSEL.COM — Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar menggelar peringatan Isra Miraj Nabi besar Muhammad SAW 1440 H/2019 M, di Auditorium Aljibra Kampus 2 UMI, Rabu (10/4/2019). Peringatan Isra Mi’raj tersebut menghadirkan Imam Besar Masjid Istiqlal KH Nasaruddin Umar.

Turut hadir pula, Ketua Pembina Yayasan Wakaf UMI, Prof H Mansyur Ramly, Rektor UMI, Prof Basri Modding, para Wakil Rektor UMI dan civitas akademika UMI.

pt-vale-indonesia

Rektor UMI, Prof Basri Modding, menjelaskan dalam sambutannya bahwa isra, perjalanan Nabi Muhammad SAW pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa. Sedangkan miraj, perjalanan Nabi Muhammad SAW ke Muntaha untuk bertemu dengan Allah SWT.

“Perjalanan intinya adalah kesalehan sosial dan silaturahmi. Dan melalui kesempatan ini menekankan sebagai hamba Allah dan civitas akademika UMI, senantiasa menjalin siltaurahmi antara satu dengan yang lain,” ujarnya.

Melalui peringatan Isra Miraj tersebut, Prof Basri Modding juga menyampaikan bahwa sebagai hamba Allah SWT wajib menjaga silaturahmi. Dikatakannya, dengan menjalin silaturahmi akan ada berkah di anatara kita.

“Dengan momentum ini saya mengajak semua civitas akademika untuk membangun UMI di mana pun kita berada dengan menjalin silaturahim,” lanjutnya.

Sementara itu, Imam Besar Masjid Istiqlal, KH Nasaruddin Umar, menyampaikan dalam hikmah Isra Miraj yang dibawakan bahwa dalam Alquran, penjelasan mengenai Isra Miraj berada persis di tengah-tengah Alquran yaitu dalam Surah Al-Isra. Al-Isra dianggap surah tiga serangkai, An-Nahl, Al-Isra, dan Al-Kahfi.

“Setiap surah yang diawali dengan kata subhana, sabbaha, dan tabaroka, itu ada hal-hal yang tidak bisa dicerna oleh akal. Kenapa diawali subhana di sini, karena mungkin isra nya tidak bisa dirasionalkan. Dari Mekah ke Madinah pesawat jet bisa diukur berapa detik, tapi dunia ke raj itu tidak bisa dirasio,” jelasnya.

Lanjutnya, dalam Islam, perjalanan dari dunia ke raj disebut Miraj. “Maka itu dalam Islam sebetulnya perjalan dari dunia ke raj bukan isra. Isra itu berjalan horizontal, miraj itu perjalanan vertikal ke atas. Maka itu juga disebutkan bukan isra siapa pun yang salat, miraj ke atas,” paparnya.

Ia juga menyampaikan bahwa bukan hanya Nabi Muhammad SAW yang pernah melakukan isra miraj, namun juga orang beriman yang melaksanakan salat.

“Yang miraj bukan hanya Nabi Muhammad. Selama ini kita beranggapan yang miraj hanya Nabi Muhammad. Nggak. Nabi sendiri menegaskan salat itu mirajnya orang beriman,” pungkasnya.(*)