Sekolah Islam Athirah Makassar menerima anak berkebutuhan khusus dengan sistem layanan pendidikan inklusif

Sekolah Islam Athirah Berikan Program Pendidikan Inklusif Bagi ABK

Rabu, 24 April 2019 | 16:23 Wita - Editor: Andi Nita Purnama - Reporter: Dila Bahar - Gosulsel.com

MAKASSAR, GOSULSEL.COM — Tidak banyak sekolah umum yang menerima anak berkebutuhan khusus (ABK). Sebab, anak yang memiliki karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya memerlukan pelayanan pendidikan maksimal yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka.

Berbeda dengan di sekolah umum lainnya, Sekolah Islam Athirah Makassar menerima anak berkebutuhan khusus dengan sistem layanan pendidikan inklusif. Yakni sistem layanan pendidikan ABK belajar di sekolah yang menampung semua murid di kelas yang sama.

pt-vale-indonesia

“Kami sudah lima tahun terakhir ini menerima anak-anak berkebutuhan khusus seperti ketidakmampuan mental, emosi ataupun fisik. Tapi untuk tahun ini, kami secara terbuka menginformasikan kepada masyarakat bahwa Sekolah Islam Athirah juga menerima ABK,” jelas Direktur Sekolah Islam Athirah, Syamril, Rabu (24/4/2019).

Sebelumnya, Sekolah Islam Athirah sendiri telah menerima ABK dalam lima tahun terakhir ini. Hanya saja, belum diinformasikan secara terbuka kepada masyarakat. Saat ini sudah ada sekitar 532 siswa ABK dari 3000 siswa di berbagai jenjang pendidikan, baik SD, SMP maupun SMA. 

Dengan adanya ABK ini, sekolah ini menyediakan program pendidikan yang layak sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan setiap siswa ABK di kelas.

“Jadi kita menggunakan pendekatan dalam mengajar. Ada guru yang mendampingi setiap anak untuk diberi pengajaran khusus sesuai dengan potensi mereka. Meski ABK dan murid biasa lainnya berada dalam satu kelas yang sama, tapi rencana pembelajaran mereka berbeda. Kalau indikator yang harus dipenuhi setiap murid itu ada 5, maka khusus untuk ABK dia cuma dua misalnya,” terang Syamril.

Lebih lanjut Syamril mengungkapkan, hadirnya anak-anak berkebutuhan khusus di sekolah mereka tidak lantas membuat murid-murid biasa yang sepantaran dengannya melakukan diskriminasi atau bullying. Namun sebaliknya, mereka turut memberi perhatian lebih dan mampu memahami kondisi ABK.

“Ini kan sudah jalan selama lima tahun, jadi anak-anak lainnya sudah terbiasa dengan hadirnya anak berkebutuhan khusus ini. Karena dari awal memang kita sudah menanamkan pendidikan karakter untuk seluruh siswa dalam pembelajaran. Jadi, kalau ada murid yang agak unik, mereka tidak memberikan perlakuan buruk atau menertawakan, malah ikut memberi perhatian,” jelasnya.(*)