JK Resmikan Gedung PMI Sulsel

Jusuf Kalla Raksasa Politik

Minggu, 20 Oktober 2019 | 23:20 Wita - Editor: Muhammad Fardi -

Oleh : Rektor Universitas Undonesia Timur, Dr.Andi Maryam, S.K.M., S.S.T., M.Kes

Makassar, Gosusel.com — PESAN, Jusuf Kalla yang selalu terngiang “jangan pernah memberikan jualan politik yang berisi janji-janji, tetapi bagaimana masyarakat adil dan sejahtera terwujud. Pemimpin yang membina kemakmuran tanpa pemerataan adalah masalah besar. Keadilan boleh susah, tetapi harus susah bersama. Maju dan sejahtera pun harus bersama”

Bahkan seorang kondang presenter Bugis dan Duta Baca Indonesia Najwa Shihab mencatat, postur Jusuf Kalla boleh saja terlihat mungil, namun kiprahnya tak boleh dibilang kecil. Ia salah seorang yang sukses dalam kancah perpolitikan di Indonesia.

Dia salah satu raksasa yang sukses menduduki pos-pos penting di Indonesia yang berhasil melintasi tiga orde kekuasaan tanpa sekalipun kehilangan watak dan kepribadian.

Sosok yang berani menembus beragam kondisi beku, terobosannya tanpak di Aceh, Poso, hingga Maluku.

Jusuf Kalla teladan dalam sejumlah hal. Beberapa langkahnya bisa dibaca serupa amsal yang berisi nasihat prilaku dan mendidik.

Tentang kepemimpinan sebagai seni membuat keputusan yang sanggup mengambil risiko dalam berbagai tekanan. Yang tahu kapan bersikap dengan lugas dan kapan bertindak dalam tempo yang lekas.

Jusuf Kalla adalah sang pelintas dalam politik, sang kancil dengan jurus-jurus terbukti cerdik.

Terima kasih untuk jejak langkah yang ditorehkan. Puang JK niscaya tak akan pernah terlupakan.

Lelaki Bugis yang lahir 15 Mei 1942 itu tidak hanya me-nusantara tetapi juga adalah sosok yang mendunia. Ia tidak banyak memburu gelar namun gelarlah yang memburunya. Terbukti dengan banyaknya anugerah penghargaan dari sejumlah petguruan tinggi.

Jusuf Kalla hanya berpendidikan sarjana di Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin tahun 1967 setelah tamat di SMA 3 Makassar. Lalu tahun 1977 ke Prancis The European Institute of Business Administration. Masa sekolah Dasar di SD Negeri 2 Manurunge Watampone, Kabupaten Bone.

Namun kemudian Jusuf Kalla bahkan mendapat gelar doktor honoris causa dari berbagai perguruan tinggi. Di antaranya, Universitas Andalas, Sumatera Barat. Doktor HC ini menjadi gelar kedelapan bagi Jusuf Kalla.

“Berarti saya telah memiliki sejumlah gelar doktor HC. Sejumlah berarti plural, yakni beberapa doktor (dr+s),” ujar Kalla pada awal pidatonya di Balairung Universitas Andalas, Senin, 5 September 2016 lalu.

Jusuf Kalla memang bergelar doktorandus (drs) saat lulus dari Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin, Makassar, pada 1967. Namun jasa dan perannya selama ini membuat dia dianugerahi doktor honoris causa dari delapan perguruan tinggi, baik dari dalam maupun luar negeri.

Pada 2007, Kalla mendapat dua gelar doktor honoris causa dari Universitas Malaya, Malaysia, serta Universitas Soka, Jepang. Pada 2011, Jusuf Kalla menerima gelar doktor HC dari Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Hasanuddin, dan Universitas Brawijaya.

Pada 2013, Kalla menerima gelar doktor HC dari Universitas Indonesia, pada 2015 dari Universitas Syiah Kuala, dan terakhir dari Universitas Andalas tahun 2016.

Terakhir Gelar doktor HC dari Universitas Andalas diberikan kepada Kalla untuk bidang hukum pemerintahan daerah.

Husuf Kalla adalah figur yang telah memberi peran penting bagi kemajuan, kemakmuran, serta kesejahteraan bangsa Indonesia dan umat manusia. Ini terutama dalam penyelenggaraan hubungan pusat-daerah atau penyelenggaraan pemerintahan daerah, terutama pola pengelolaan pemerintahan daerah Aceh.

Karena itu Jusuf Kalla dianugerahi gelar doktor honoris causa atau doktor kehormatan dalam bidang hukum pemerintahan daerah.

Pemberian doktor kehormatan ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2013. Dalam peraturan tersebut, gelar doktor honoris causa diberikan perguruan tinggi kepada seseorang yang dianggap telah berjasa dan berkarya luar biasa bagi ilmu pengetahuan, teknologi, seni, sosial, budaya, atau berjasa dalam bidang kemanusiaan atau kemasyarakatan.

Sebagai orang Bugis, Jusuf Kalla tetap teguh dan menjunjung tinggi harkat martabat leluhurnya ke manapun ia berpijak. Nilai-nilai kearifan lokal dan kepemimpinan Bugis diterapkan dalam setiap membuat sebuah keputusan politik.

Jusuf Kalla di balik posturnya yang mungil tersimpan kekuatan politik raksasa, Ia adalah sosok “To Manurung Indonesia”, ia selalu datang ketika bangsa sedang gusar, ia hadir menjadi tameng penengah ketika anak bangsa sedang bertikai. Terima kasih Puang JK.(*)


BACA JUGA