FOTO: Wakil Bupati Bulukumba, Tomy Satria Yulianto bersama petani semangka saat pesta panen di Desa Barombong, Kecamatan Gantang, Bulukumba/ist
#

Bersama Petani, Pemda Bakal Hadirkan Pasar Buah di Bulukumba

Sabtu, 23 November 2019 | 12:56 Wita - Editor: Muhammad Fardi -

BULUKUMBA, GOSULSEL.COM – Pasar buah bakal hadir di Bulukumba. Untuk mengontrol harga jual komoditas buah, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) bersama para petani menginisiasi kehadiran pasar buah tersebut.

Hal itu disampaikan oleh Wakil Bupati Bulukumba, Tomy Satria Yulianto saat menghadiri undangan pesta panen petani semangka di Desa Barombong Kecamatan Gantarang Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, Minggu (17/11/2019) lalu.

pt-vale-indonesia

Dia mengatakan, Pemerintah saat ini sedang menginisiasi hadirnya pasar buah yang ada di daerah tersebut, agar masyarakat tidak lagi menjual hasil buahnya ke luar daerah, seperti ke Sinjai, Takalar, Bone dan Jeneponto.

“Kita dimasa mendatang perlu membuat khusus pasar buah. Inisiasinya sudah dilakukan sekarang. Ini untuk menambah nilai pada komoditas buah masyarakat kita,” Ujar Tomy Satria.

Dalam kesempatan itu, dia juga menyampaikan bahwa pemerintah mendorong adanya perbaikan irigasi dan jalan tani yang ada di Gantarang. Umumnya pada daerah-daerah yang memang selama ini masih kekurangan air untuk kebutuhan pengairan sawah.

Desa Barombong Kecamatan Gantarang hanya berjarak sekitar 7 KM dari Kota Bulukumba. Barombong adalah salah satu desa pemasok semangka terbesar di Kabupaten Bulukumba.

Selain Barombong, beberapa wilayah di Bulukumba juga sudah mulai mengembangkan tanaman semangka, seperti di Desa Bialo dan Bontosunggu . Tiga daerah ini sangat memungkinkan menjadi tujuan wisata buah semangka.

Inovasi para petani semangka bisa menghadirkan tiga jenis semangka di Bulukumba. Jika biasanya hanya berwarna merah, semangka di Bulukumba memiliki tiga warna, yakni; merah, kuning dan hitam nais.

Takim, salah satu petani mengungkap, bertani semangka bagi masyarakat Barombong telah menjadi keharusan sejak 5 tahun terakhir ini. Terhitung hingga saat ini, sedikitnya 50 hektare sawah yang dikelolah warga untuk ditanami semangak jika memasuki musim transisi kemarau ke musim hujan, begitupun sebaliknya.

“Dibanding menanam padi, sebetulnya, semangka lebih menguntungkan. Apalagi waktu yang dibutuhkan lebih cepat. Hanya sekitar 2 bulan sudah bisa panen,” Kata Takim.

Rata-rata pendapatan petani per orang kata Takim juga terbilang lumayan, sekitar Rp30 juta hingga Rp50 Juta perpanen setiap hektarenya. Itu juga tergantung dari harga pasar yang kadang naik dan turun.(*)


BACA JUGA