Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) saat menjadi Keynote Speech di Aston Priority Sumatupang and Conference Center Jakarta, Jumat (16/12/2022)/ Humas Kementan

Mentan SYL Tegaskan Komitmen Indonesia Antisipasi Krisis Pangan Global

Jumat, 16 Desember 2022 | 20:22 Wita - Editor: Andi Nita Purnama -

JAKARTA, GOSULSEL.COM — Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, menegaskan kembali komitmennya untuk berupaya maksimal mengantisipasi ancaman krisis pangan. Hal ini menyusul isu resesi global yang diprediksi akan melanda banyak negara di tahun mendatang.

Dalam Diskusi Publik Outlook Sektor Pertanian 2023 bersama INDEF (Institute for Development of Economics and Finance). Mentan SYL menekankan upaya Kementerian Pertanian (Kementan) dalam menekan ancaman krisis pangan, ia mengaku selama ini Kementan fokus merumuskan dan menjalankan 5 (lima) Cara Bertindak (CB).

pt-vale-indonesia

“Kami wujudkan ketahanan pangan berkelanjutan, melalui pendekatan Lima Cara Bertindak, Pertama Peningkatan Kapasitas Produksi, Kedua Diversifikasi Pangan Lokal, Ketiga Penguatan Cadangan dan Sistem Logistik Pangan, Keempat Pengembangan Pertanian Modern, dan Kelima Gerakan Tiga Kali Ekspor (Gratieks),” terang Mentan SYL saat menjadi Keynote Speech di Aston Priority Sumatupang and Conference Center Jakarta, Jumat (16/12/2022).

Lebih lanjut Mentan SYL menegaskan di tengah tantangan pangan yang bersifat multidimensi, Kementan akan berupaya menjaga ketersediaan, akses dan konsumsi pangan, hingga nilai tambah dan daya saing industri sektor pertanian di tahun mendatang.

“Kementan selama ini berupaya sangat keras dalam mempersiapkan 12 komoditi pangan rakyat, ditahun mendatang kami akan masuk ke langkah-langkah yang lebih kuat terkait hal ini, membangun agenda-agenda konkret, mulai dari pemanfaatan lahan-lahan yang ada dipekarangan rumah, hingga hamparan yang lebih luas,” jelas Mentan SYL.

Dikesempatan yang sama, Direktur Executive INDEF, Tauhid Ahmad, mengatakan di tahun 2023 mendatang, resesi global diperkirakan akan terjadi dibanyak negara. Pertumbuhan ekonomi dunia yang semula diperkirakan akan tumbuh sebesar 3,6% akan berkurang menjadi 2,7%. Hal ini disebabkan banyaknya permasalahan dunia mulai dari geopolitical tension serta tingginya harga energi dan harga pangan.

“Pangan merupakan salah satu saja dari isu isu di sektor pertanian yang cukup strategis, tahun ini kita mendapatkan booming untuk perkebunan misalnya di CPO, karet, dan beberapa komoditas lain, kalau kita lihat ada yang positif tentu juga, ada beberapa yang harus kita lihat kembali apakah masih memberikan sumbangsih yang besar pada sektor pertanian atau tidak,” terangnya.

Merujuk pada persoalan pangan yang cukup strategis dan kompleks, INDEF menilai pentingnya membangun sikap optimisme menghadapi resesi tahun 2023 mendatang. Diskusi Publik yang dilaksanakan ini diharapkan dapat memberi penjelasan kepada publik untuk mengantisipasi beragam dampak reses. Harapannya publik memahami perkiraan dampak dan tantangan yang dihadapi serta upaya yang dapat dilakukan pemerintah mengatasi resesi global tahun 2023 mendatang.(*)


BACA JUGA