Benarkah Ada Emas dan Mutiara di Kuburan Etnis Tionghoa?
Halaman 1
Makassar, GoSulsel.com – Adat kematian etnis Tionghoa dilatarbelakangi oleh kepercayaan bahwa ada relasi seseorang dengan Tuhan. Kehidupan sesudah mati akan berlaku sama seperti dengan kehidupan di dunia ini, namun dalam kualitas yang lebih baik.
Makanya, setiap ada etnis Tionghoa meninggal dunia, pihak keluarganya memberikan emas, mutiara, uang atau barang berharga lainnya yang ikut ditanam bersama peti jenazah. Hal itu dilakukan dengan maksud agar perjalanannya mendapat terang.
Tidak heran banyak warga sekitar yang berpendapat bahwa banyak harta harun tersimpan di kuburan orang Tionghoa. Namun anggapan tersebut dibantah oleh kepala penjaga kuburan etnis Tionghoa bernama Daeng Tulu, saat ditemui, di Perkuburan Manggala di Antang Raya, Sabtu (29/8/2015). Menurutnya, ia tak pernah melihat benda berharga ikut ditanam bersama jenazah.
“Saya sudah bertahun-tahun menjaga makam di pekuburan orang Tionghoa, namun tidak pernah melihat ada barang berharga milik orang mati ditanam bersama peti jenazahnya,” kisah Dg Tulu kepada GoSulsel.com.
Menurutnya, ada sekitar 1.000 kuburan etnis Tionghoa yang dikuburkan di atas lahan perkuburan yang luasnya mencapai sekitar 20 hektar.
Halaman 2
“Banyak kuburan di sini yang belum terisi. Pemiliknya masih hidup namun sudah membuat kuburan,” ungkapnya.
Pria dua anak itu menambahkan, meski lokasi ini merupakan lokasi perkuburan bagi warga etnis Tionghoa, namun tempat ini dijadikan salah satu tempat favorit untuk dikunjungi.
“Warga banyak yang berkunjung. Mungkin karena kemegahan makam orang Tionghoa ini sehingga banyak yang berkunjung. Warga yang datang hanya sekadar selfie bersama teman atau pasangannya,” katanya.
Di kompleks perkuburan ini ternyata disemayamkan orang-orang beretnis Tionghoa multiagama dan suku. Seperti keterangan dari Humas Yayasan Budi Luhur Sammy, yayasan yang mengelola kompleks Perkuburan Manggala.
“Di kompleks ini bukan hanya etnis Tionghoa yang di kubur, tetapi ada beberapa suku makassar. Beragam agama juga ada seperti, Islam, Kristen, Hindu, Budha, dan Konhuchu, ” papar Sammy, staf Humas Yayasan Budi Luhur.
Reporter: Dahrul Mahfud – GoSulsel.com