Daeng Abu dan Maidah (samping kanan) yang melestarikan alam di Pulau Cangke. (Foto: Mirsan).

Daeng Abu & Maidah, Pasangan Pelestari Alam Pulau Cangke

Senin, 28 September 2015 | 07:00 Wita - Editor: Nilam Indahsari -

Halaman 1

Makassar, GoSulsel.com – Sejak tahun 1980 pasangan Daeng Abu dan istrinya, Maidah, menghuni Pulau Cangke, Desa Mattiro Dolangeng, Kecamatan Liukang Tupabbiring. Awalnya, keduanya memilih mengasingkan diri ke pulau itu gara-gara penyakit yang mereka derita yaitu penyakit kusta.

Keduanya lantas memilih hidup di pulau yang memiliki luas sekitar 10 kilometer persegi itu dengan berbagai keterbatasan. Kini, mereka hidup dengan mengandalkan bantuan dari pemerintah daerah dan pengunjung yang datang ke Pulau Cangke. Mereka kini menjadi penjaga pulau yang diproyeksikan sebagai lokasi pelestarian penyu.

pt-vale-indonesia

Daeng Abu yang juga menderita tunanetra ini mengasingkan diri dari kampung halamannya di Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep, saat masih berusia 20 tahunan. Walaupun ia menderita kusta, namun istrinya tetap setia mendampingi suaminya.

Kedua pasangan ini selama berada di Pulau Cangke tidak hanya memperjuangkan cinta mereka agar tetap bertahan. Tapi keduanya juga memiliki semangat dan rasa tanggung jawab yang begitu besar terhadap Pulau Cangke. Kelestarian Pulau Cangke yang dapat dinikmati saat ini merupakan kerja keras keduanya dalam menjaga kelestarian alam di pulau itu yang dulu hanya pulau tandus.

Kerja keras keduanya lalu mendapat perhatian dari Kapolres Pangkep, AKBP Mohammad Hidayat yang pada Sabtu (26/09) kemarin kembali melakukan kunjungan di Pulau Cangke untuk melakukan wawancara langsung dengan Dg Abu. Pertemuan pertamanya dengan pasangan suami istri itu terjadi 23 Mei lalu, bertepatan dengan Hari Penyu Sedunia.

Halaman 2
Kapolres Pangkep melihat penangkaran tukik di Pulau Cangke. (Foto: Mirsan).

Kapolres Pangkep melihat penangkaran tukik di Pulau Cangke. (Foto: Mirsan).

“Mereka mengeluh bahwa sudah 2 tahun lebih tidak pernah ada penyu lagi yang naik bertelur di pulaunya akibat praktek illegal fishing, menggunakan bom ikan, bius ikan, maupun pukat harimau. Namun sejak dilakukan rilis tukik (anak penyu), sejak awal September sudah banyak penyu yg naik bertelur. Hingga hari ini telur yang ada 600 butir telur yang tertanam di Pulau Cangke,” tutur Hidayat, Minggu (27/09).

Hidayat menjelaskan, kisah keduanya kemudian membuat dirinya semakin tergugah untuk melestarikan laut dan isinya. Bagaimana tidak, dengan keterbatasan fisik, mereka masih bisa bertahan hidup di pulau indah nan elok. Sebagai bentuk apresiasi, dua buah alat komunikasi berupa 2 telepon seluler diberikan kepada Daeng Abu.

Sementara itu, Daeng Abu yang sudah berumur 65 tahun mengatakan, semenjak dilakukannya penindakan dan penangkapan terhadap para pelaku illegal fishing, penyu kini sudah kembali bertelur di Pulau Cangke. Kini, selama bulan ini sudah ada tiga lubang penyu yang ada di pulau itu.

“Dulu waktu masih muda, kalau ada yang melakukan pengeboman di sekitar sini, saya masih bisa turun menghalau mereka. Tapi sekarang sudah tidak bisa, karena saya sudah tua dan kapal saya sudah bocor dan rusak,” kata Dg Abu dalam bahasa Bugis.

Pulau Cangke sendiri merupakan salah satu pulau di antara 120 yang tersebar di sebelah barat jazirah Sulawesi Selatan. Pulau ini memiliki keunikan dan keindahan tersendiri dibanding gugusan pulau-pulau yang membentang, mulai dari Kabupaten Takalar bagian selatan.

Halaman 3
Kapolres Pangkep melihat-lihat penangkaran tukik di Pulau Cangke. (Foto: Mirsan).

Kapolres Pangkep melihat-lihat penangkaran tukik di Pulau Cangke. (Foto: Mirsan).

Pulau berpasir putih dengan luas sekitar 10 kilometer persegi ini ditempuh dari Kota Makassar dengan menggunakan perahu tradisonal jolloro atau katinting, sebutan perahu tradisional ini bagi orang Makassar. Sedangkan waktu yang dibutuhkan kurang lebih 2 jam setengah dari Pelabuhan Tradisional Poetere Makassar.

Selain panorama alam yang indah, setiap tahunnya selama dua bulan, penyu-penyu berdatangan ke pulau ini untuk bertelur lalu kembali ke laut bebas. Suasana di Pulau Cangke sangat sejuk karena banyaknya pohon yang tumbuh dan dijaga dengan baik oleh penghuni pulau itu.

Tentu bukan hanya kesejukan udara daratan yang dapat dinikmati saat berada di pulau ini, tapi kesejukan dan kejernihan airnya juga jadi bagian yang tak terpisahkan dari Pulau Cangke.

“Kita akan kembangkan Pulau Cangke ini menjadi salah satu tujuan destinasi pariwisata di Pangkep. Kami sangat bersyukur dengan kebijakan pelarangan bermalam bagi pengunjung di tempat ini, yang bisa mengganggu aktivitas bertelur penyu,” tambah Sekretaris Dinas Pariwisata Pangkep, Ahmad Djaman.

 

Reporter: Mirsan – Go Cakrawala


BACA JUGA