Minggu Tenang yang Tidak Tenang
Gosulsel.com — Sejatinya, minggu tenang dalam Pilkada adalah waktu rehat setelah sekian lama berkampanye. Masa tiga hari sebelum hari pencoblosan itu, sama sekali tak boleh lagi dilakukan semua bentuk dan kegiatan kampanye. Diyakini, di masa tiga hari itu sudah sulit lagi mengubah pandangan pemilih terhadap seorang calon.
Namun faktanya, masa tenang itu adalah masa krusial yang bahkan bisa mengubah peta kekuatan. Abai di masa tenang sama saja dengan membiarkan rival membalikkan posisi atau malah makin menguatkan lawan dalam menjaga kemenangannya. Maka, jadilah minggu tenang bukan lagi menjadi waktu untuk tenang malah menjadi masa yang paling menegangkan.
Merebut suara bahkan hingga ke basis lawan sesungguhnya masih bisa dilakukan di masa tenang. Pemilih Indonesia yang makin pragmatis saat ini memungkinkan mereka bisa dengan mudah mengalihkan pilihannya di kesempatan terakhir.
Pendekatan lewat door to door campaign menjadi kuncinya. Kampanye memang sudah dilarang, tapi terus menjalin silaturahmi tentu tak dilarang. Strategi mengetuk pintu dari rumah ke rumah dengan mengandalkan kemampuan relawan dan tokoh-tokoh masyarakat di sebuah wilayah bisa digunakan.
Calon juga bisa menggunakan pendekatan lebih humanis dengan jalur kekeluargaan seperti menghadiri lebih banyak kegiatan kekeluargaan misalnya pengantin, sunatan dan berbagai acara bernuansa kekeluargaan lain. Meski tak boleh berkampanye namun kehadiran seorang calon tak ubahnya kampanye biasa.
Untuk wilayah basis, penjagaan suara menjadi prioritas utama. Tutuplah semua celah bagi kemungkinan masuknya pengaruh rival di wilayah yang telah kita kuasai. Strategi palang pintu bisa dilakukan. Pada tiga hari terakhir itu, semua pintu masuk ke wilayah basis ditutup ketat dan semua pergerakan dalam wilayah diantisipasi.
Di hari H pemungutan suara, teknik mobilisasi pemilih mesti diaktifkan. Relawan punya tanggungjawab masing-masing untuk menghadirkan para pendukung yang telah diidentifikasi ke TPS. Banyak hal bisa terjadi di masa tenang. Kewaspadaan tinggi adalah kuncinya. Maka, waspadalah.
Oleh: Nurmal Idrus – Direktur Nurani Strategic