Gosulsel.com — Pada tahun 2007, Burhanuddin Baharuddin berpasangan dengan Syamsari Kitta di Pilkada Takalar. Namun, mereka dikalahkan oleh incumbent Ibrahim Rewa yang berpasangan dengan Makmur A. Sadda.

Tahun 2012, Burhanuddin Baharuddin berpasangan dengan Natsir Ibrahim, mengusung tag name: Bur-Nojeng. Sementara Syamsari Kitta berpasangan dengan Hamzah Barlian. Pasca penghitungan suara, Bur-Nojeng memenangkan Pilkada dengan 30,41% suara, sementara Syamsari Kitta – Hamzah Barlian berada diurutan kedua dengan 24,65% suara.

Pilkada 2017 yang baru saja berlangsung hari ini sebenarnya merupakan ajang pertarungan ulang. Bur-Nojeng tetap berpasangan sebagai incumbent. Sementara Syamsari Kitta memilih pasangan Achmad Daeng Se’re, dengan tag name: SK-HD.

Di atas kertas, Bur-Nojeng sebenarnya sangat kuat. Mereka adalah incumbent. Cukup jarang ada Pilkada kedua kali, di mana Bupati dan Wakilnya tetap solid. Bur-Nojeng juga didukung 7 partai pengusung: Golkar, Gerindra, PPP, PAN, Demokrat, Hanura, PBB.

Sementara SK-HD adalah lawan lama dengan pasangan baru, dan hanya didukung oleh PKS dan Nasdem. Dapat dibayangkan beratnya konsolidasi internal yang dilakukan.

Entah karena hitung-hitungan rasional, atau karena pesanan, lembaga survei papan atas di Sulawesi Selatan, yaitu Celebes Research Center (CRC) bahkan cukup berani mengumumkan survei perkiraan perolehan suara pada 3 hari sebelum Pilkada, dengan 61.3% untuk Bur-Nojeng dan hanya 29,8% untuk SK-HD.

Pilkada yang berlangsung hari ini sungguh dramatis dan fenomenal. SK-HD berhasil memperoleh suara signifikan. Dari pemotretan melalui Quick Count oleh Jaringan Survei Indonesia (JSI), Bur-Nojeng memperoleh 50,13% suara, sementara SK-HD memperoleh 49,87% suara. Artinya, selisih keduanya sangat tipis, yaitu hanya 0,26% saja. Padahal margin error QC JSI adalah plus-minus 1%, yang artinya butuh selisih minimal 2% untuk dapat memastikan keajegan hasil QC ini.

---