Ilustrasi

Setnov – Markus Korupsi KTP-el, Loyalis Golkar Gamang?

Kamis, 20 Juli 2017 | 01:25 Wita - Editor: adyn - Reporter: Muhammad Fardi - GoSulsel.com

Makassar, GoSulsel.com – Golkar diterpa petaka. Setelah Ketua DPP Golkar Setya Novanto ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK perihal dugaan korupsi proyek KTP-el, kini giliran politisi Golkar Markus Nari ikuti jejak ketua umumnya. Anggota DPR RI ini disangka oleh KPK dengan kasus yang sama.

Kasus yang dialami oleh elite DPP Golkar ini tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan gejolak terhadap psikologis perilaku pemilih maupun pendukung Golkar. Apalagi jelang Pilkada serentak tahun 2018 mendatang.

pt-vale-indonesia

Teruntuk Pilgub Sulsel, Golkar telah mengeluarkan ketetapan politik dengan mengusung pasangan Nurdin Halid – Aziz Qahar Mudzakkar (NH-AQM). Hanya memang hampir dipastikan usungan Golkar akan berhadapan dengan kadernya di Pilgub nanti. Seperti Ichsan Yasin Limpo (mantan bendahara Golkar Sulsel), Agus Arifin Nu’mang (mantan Soksi Sulsel), Tenri Bali Lamo (Wakil Sekretaris DPP Golkar) yang hampir pasti mendampingi Nurdin Abdullah, dan Andi Mudzakkar (mantan Ketua Golkar Luwu) yang juga digadang-gadang akan mendampingi IYL.

Hal ini bisa memancing pemilih maupun pendukung Golkar akan mengalihkan pilihan ke partai lain ketimbang beringin rimbun itu. Pengamat politik dari Unibos Makassar, Arief Wicaksono mengataka, polemik yang terjadi diinternal Golkar bukan hal yang tidak mungkin menjadi batu sandungan terhadap kepercayaan kader Golkar di daerah. Olehnya dia menyarakan agar pimpinan Golkar di daerah membangun opini untuk tetap mempertahankan kepercayaan para kader maupun loyalis Golkar selama ini.

“Isu itu pasti berpengaruh, tapi mungkin sedikit saja pengaruhnya,” kata Arief, pada Rabu (19/07/2017).

Arief mengatakan masih ada kemungkinan munculnya isu-isu politik terbaru di internal Partai Golkar pasca penetapan Setya dan Markus sebagai tersangka. Hal ini bukan tanpa alasan, jelang pesta demokrasi 5 tahunan kedepan tentunya akan ada terjadi polemik-polemik partai ditingkat daerah dalam menentukan rekomendasi usungan.

“Karena pileg dan pilkada masih cukup lama, masih ada kemungkinan isu-isu politik lain yang muncul,” jelasnya.

Namun, Arief menuturkan, Golkar sebagai partai besar di Indonesia tentunya telah memiliki mekanisme maupun aturan partai yang terstruktur. Sehingga tentunya mampu menghadapi gejolak yang kini tengah dihadapi dalam rangka mempertahankan jumlah pemilihnya di Indonesia.

“Lagian, Golkar adalah salah satu Parpol yang sangat kuat dan memiliki strong voter yang cukup besar di pemilu 2014 lalu,” tutur Arief.

Lalu bagaimana nasib kader Golkar untuk menyikapi permasalahan dua elite partainya? Arier mengatakan sebagai kader tentuya harus mampu menempatkan diri agar tidak memperkeruh keadaan di internal Golkar.

Silence is gold, diam itu emas. Kader harus patuh sama keputusan organisasinya, apalagi kalau masuk kategori kader tidak aktif, sebaiknya ia tahu diri,” demikian Arief.(*)


BACA JUGA