Foto saat JK mempersunting Mufidah Kalla, 50 tahun lalu/IST

Bikin Terenyuh, Begini Catatan Romantis Wapres JK untuk Istri Tercinta

Senin, 28 Agustus 2017 | 17:27 Wita - Editor: Irwan Idris - Reporter: Andi Gumuntiri - GoSulsel.com

Akar budaya kita memang berbeda, antara Bugis dan Minang. Orang tuamu kadang-kadang was-was dan khawatir karena engkau anak perempuan satu satunya. 8 Adiknya laki-laki semua.

Orang tuaku begitu pula sering salah mengerti adat Minang. Kenapa paman dan perempuan lebih banyak menentukan. perbedaan yang nyaris menjauhkan kita.

pt-vale-indonesia

Kalau ke rumahmu harus siap untuk sabar mendengar petuah dari  bapakmu dengan suara yang pelan. Seperti guru menasihati muridnya, karena memang bapak dan ibumu juga guru. Aku ingin menemuimu tapi bapakmu menyembunyikanmu. Kamu baru dipanggil ke luar kalau saya permisi pulang. Sebenarnya itu termasuk perilaku yang kejam.  Karena itu aku mengubah cara, datang ke rumahmu sore hari sebelum magrib. Begitu magrib aku berdiri azan dengan fasih. Terpaksa kamu Keluar salat berjamaah yang diimami oleh bapakmu.  Ini juga penting biar bapakmu tahu aku juga rajin shalat.

Setelah tamat SMA kau bekerja di BNI, sambil kuliah sore di UMI (Universitas Muslim Indonesia). Sambil  kuliah aku juga bekerja di kantor bapakku, agar bisa sering ke bank menyetor tabunganku. Sekali seminggu aku minta menjadi asisten dosen dan mengajar di kelasmu tanpa honor. Semua itu agar aku bisa bertemu denganmu dan melihat senyummu.

Berat sekali perjuanganku, tapi demi menatap mata beningmu ku jalani semua. Akhirnya kau dan bapakmu luluh juga. Ayahku pun akhirnya memahami perbedaan adat kita, setelah ibu kul dan sahabatnnya memberi nasihat, mungkin juga setelah membaca buku Hamka, “tenggelamnya Kapal Van Der Wijk”.

Saat orang tuaku melamarmu untuk jadi istriku, aku melihat cakrawala tersenyum, perjuangan cinta bertahun tahun yang berbuah manis.

 

Halaman: