Temuan IYL di Finlandia, Kelas Dibatasi & Siswa Dapat Makanan Gratis

Selasa, 10 Oktober 2017 | 18:12 Wita - Editor: Baharuddin - Reporter: Baharuddin - GoSulsel.com

Helsinki,GoSulsel.com – Ichsan Yasin Limpo (IYL) tercengang dengan perhatian pemerintah Finlandia terhadap siswa di setiap sekolah dasar.  Pasalnya, negara yang 100 tahun lalu tergolong sebagai bangsa yang miskin, kini sumber daya manusianya sangat melimpah.

Dari negara tertinggal menjadi negara yang punya daya saing, tentu saja bukan sesuatu yang didapatkan begitu saja. Butuh keseriusan dan terobosan mengejar ketertinggalan.  Dan semua itu tidak terlepas dari kebijakan pemerintah yang sejak dulu memperhatikan sektor pendidikan melalui berbagai regulasi.

pt-vale-indonesia

Tak salah jika Finlandia selama beberapa tahun terakhir mendapat predikat sebagai negara yang sistem pendidikannya terbaik di dunia. Lalu apa yang menjadi pembeda di Finlandia untuk kebijakan pendidikan? IYL menuangkan di laporannya saat berkunjung langsung ke salah satu sekolah setingkat SD di Helsinki, Finlandia, Selasa (10/10/2017) waktu setempat.

Menurut IYL, hasil penelitian untuk penyusunan disertasi gelar doktornya, perhatian pemerintah terhadap pendidikan memang sangat besar dan punya pembeda dibandingkan dibeberapa negara, termasuk di Indonesia. Salah satunya, setiap siswa di sekolah mendapatkan makanan siang gratis.

“Pemerintah Finlandia berbuat sangat maksimal untuk rakyatnya. Makan siang gratis pun bagi siswa itu diterapkan dan ditangung di sekolah-sekolah. Salut,” kata Ichsan melalui laporan yang dikirim ke redaksi, Selasa (10/10/2017).

Selain menanggung makan siang gratis bagi siswa, IYL yang juga pelopor pertama perda pendidikan gratis di Indonesia, juga mengagumi cara pemerintah dan pihak sekolah dalam proses belajar-mengajar di ruangan. Seperti, di setiap kelas dibatasi maksimal 17 siswa, dan semua fasilitasnya sama dengan sekolah lainnya.

“Setiap proses pembelajaran, guru didampingi satu guru magang dan satu calon guru. Ini dilakukan, agar siswa benar-benar bisa menyerap dengan baik apa yang disampaikan. Itu pun modelnya lebih pada bagaimana menggali potensi dan bakat yang dimiliki siswa,” tambah IYL.

Selain itu, setiap tahun ada ujian yang diberlakukan di sekolah. Hanya, ujian tersebut bukan untuk kelulusan. Melainkan dilakukan hanya untuk mengetahui standart sekolah, apakah sudah berjalan sesuai yang diharapkan atau tidak. Itupun hasilnya bukan untuk dipublish, tetapi sebagai bahan evaluasi bagi sekolah.

“Fasilitas pendukung di setiap sekolah, itu semuanya sama. Tidak ada pembeda antara siswa yang berasal dari keluarga tidak mampu dan siswa dari keluarga yang kaya,” papar IYL yang dikunjungannya di salah satu sekolah diterima langsung oleh kepala sekolah setempat.

Untuk mengasah kemampuan atau potensi yang dimiliki siswa, maka di setiap proses belajar-mengajar, guru menempatkan diri dekat dengan para siswa, layaknya sebagai teman. Meski lanjut dia hal seperti ini, punya tantangan tersendiri terutama soal integritas.

“Metode yang dipakai bukan hanya mendengarkan guru bicara, tapi masing-masing siswa dilibatkan atau di asa kemampuannya,” pungkas Ichsan.(*) 


BACA JUGA