#

Pengamat Politik: Suara Kolom Kosong Jadi Rebutan di Pileg 2019

Rabu, 05 September 2018 | 11:21 Wita - Editor: Baharuddin - Reporter: Muhammad Fardi - GoSulsel.com

Makassar, GoSulsel.com – Hasil Pilwali Makassar baru-baru ini dinilai berdampak pada Pileg tahun depan. Partai politik yang konsisten mendukung Moh Ramdhan ‘Danny’ Pomanto-Indira Mulyasari Paramastuti (DIAmi) dan kolom kosong bakal keciprat simpati pemilih kolom kosong.

Akibantnya, sangat wajar jika suara kolom kosong menjadi rebutan sejumlah Partai Politik, khususnya pendukung DIAmi di Pilwali lalu. Hal ini tidak ditepis oleh Pengamat Politik dari Universitas Hasanuddin, Suryadi Culla. Hanya saja menurutnya pengaruh itu tidak terlalu signifikan dan harus membuat pendukung DIAmi tetap bekerjakeras.

Dia mencontohkan, Demokrat yang menjadi pemenang kedua Pileg 2014 lalu tetap harus kerja keras. Padahal saat itu, yang menjabat sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota adalah usungan Demokrat.

“Demokrat memang partai besar tetapi tetap akan berhadapan struktur yang punya kekuatan besar. Pengalaman selama ini Golkar menjadi kekuatan yang belum tergantikan, karena pemilih suara terbesar yang sulit digeser, meski menang di Pilwali,” Kata Suryadi Culla, Rabu (5/8/2018).

Menurutnya tidak ada korelasi yang bersifat numerik antara kontestasi Pilwali dan Pileg. Ke depan Piket akan fluktuatif. Tergantung strategi parpol dan calegnya meraup suara.

“Banyak partai yang di daerah lain yang berhasil memenangkan kepala daerah tetapi komposisi kursinya kecil. Intinya Pileg dan Pilwalkot beda domain pertarungan,” tandasnya.

Hal senada dikatakan oleh Pengamat Politik Universitas Muhammadiyah Makassar (Unismuh) Luhur A Priyanto. Dia mengatakan kontestasi Pileg sangat berbeda dengan Pilwali. Preferensi pemilih tentu juga berbeda. “Di Pilwali, kerja-kerja partai politik bersinergi dengan kekuatan birokrasi pemerintah, ormas dan relawan,” kata dia.

Sementara di kontestasi Pileg, lanjutnya sistem pemilihan model popular vote membuat kerja-kerja partai politik lebih dominan. Bahkan pertarungan Caleg terjadi secara internal dan eksternal.

“Partai yang mengusung calon tunggal ataupun mendukung kotak kosong di Pilwali, tentu punya strategi menghadapi Pileg. Klaim-klaim kemenangan di Pilwali tidak bisa dijadikan ukuran utama, karena kerja-kerja elektoral di Pilwali tidak hanya di lakukan oleh partai politik. Bahkan lebih dominan peran relawan, ormas RT/RW serta birokrasi,” tuturnya.

Dia menjelaskan, partai peraih kursi terbanyak nantinya akan ditentukan oleh formasi Caleg yang di tawarkan partai politik. Bahkan, kata dia, beberapa Parpol nekat mencalonkan kandidat baru yang belum uji elektoral. Dan membuang kandidat yang sudah teruji dengan basis pemilih yang terukur.

Untuk tiga partai baru yang konsisten mendukung DIAmi dan kolom kosong, kata dia, tetap harus kerja keras. Dan pastinya harus menawarkan figur yang mumpuni jika ingin punya kursi di DPRD Makassar. Meski startnya sudah bagus dengan berhasil memenangkan kolom kosong.

“Komposisi kekuatan di DPRD, di tentukan strategi dan formasi caleg yang di tampilkan. Partai-partai lama selalu di untungkan oleh aktivitas pembinaan basis, dibandingkan dengan partai baru,” tandasnya.(*)


BACA JUGA