Kalah di Pilwali, Pengusung Appi-Cicu Siapkan Kerja Keras di Pileg
Makassar, GoSulsel.com – Hasil Pilwali Makassar dinilai akan berdampak buruk bagi partai pengusung Munafri Arifuddin-Andi Rachmatika Dewi (Appi-Cicu) di Pileg tahun 2019 mendatang. Kemenangan kolom kosong di Pilwali Makassar lalu, bukan tidak mungkin menggerus suara 10 partai politik yang mengusung Appi-Cicu.
Hal ini tidak ditepis oleh tiga Parpol pengusung Appi-Cicu, yakni Golkar, Hanura dan PPP. Mereka telah mempersiapkan strategis untuk mengantisipasi suara kolom kosong.
Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) DPC PPP Makassar, Fasruddin Rusli mengakui, pastinya hasil Pilwali Makassar akan berdampak pada Pileg, hanya memang tidak terlalu signifikan.
“Pastinya ada dampak tapi tidak terlalu signifikan turun, tapi kita sebagai bakal calon pastinya semakin giat turun dibawa untuk meraih simpati masyarakat. Pasti kerja kita lebih ekstra lagi dari Pilwali kemarin,” kata Acil, sapaan Fasruddin Rusli, Jumat (7/9/2018).
Dia melanjutkan, untuk mengantisipasi dampak Pilwali Makassar, pihaknya akan segera menggelar rapat koordinasi dengan semua Caleg PPP. Dalam rapat nantinya, akan membahas pemetaan kekuatan dan basis massa masing-masing Celeg, hal ini dilakukan untuk mengantisipasi Caleg internal PPP saling mengganggu basis.
“Setiap rapat, kami dari PPP sudah mengatur strategi untuk pemenangan ini dan kita sudah instrusikan setiap Dapil agar kiranya sudah melakukan pemetaan daerah masih-masing, agar suara yang ada tidak beririsan dengan sesama Caleg PPP, dan saya doakan PPP mendapatkan 6 kursi, Insya Allah,” tandasnya.
Hal senada dikatakan Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) DPD II Partai Golkar Makassar, Samsuddin Kadir. Dia mengakui, karena usungan Golkar di Pilwali Makassar dan Pilgub Sulsel kalah, sedikit banyaknya akan berdampak pada Caleg yang akan bertarung di Pileg.
“Itu tidak bisa dipungkiri, bahwa kandidat usungan Golkar tidak menang. Cuma sebagai kader partai kita tidak boleh larut dalam kondisi seperti itu, dan semua Caleg yang direkomendir oleh partai harus fight,” tuturnya.
Legislator DPRD Kota Makassar ini melanjutkan, meskipun kemenangan kolom kosong berpengaruh bagi Golkar, tapi pihaknya yakin, dengan strategi dan komposisi Caleg, perolehan kursi di parlemen tetap bisa dipertahankan, termasuk jabatan Ketua DPRD.
“Jadi semua Caleg di semua Dapil adalah Caleg yang telah lama dipersiapkan oleh partai dan mumpuni untuk bertarung di tengah-tengah masyarakat. Jadi tidak ada istilah caleg kuat dan lemah. Semua memiliki kompotensi dan kemampuan yang sama,” ujarnya.
Sementara itu Ketua DPC Hanura Kota Makassar, Yunus.HJ mengatakan pihaknya tidak pernah pesimis untuk meningkatkan perolehan kursi di DPRD Makassar. Dijelaskan Yunus, berdasarkan pengalaman Hanura pada Pileg 2014 lalu, yang menjabat sebagai Wali Kota saat itu adalah rival Hanura di Pilwali, namun dia tetap mampu menambah perolehan kursi, dari 3 kursi menjadi 5 kursi.
“Saya melihat sesuai dengan pengalaman, sama dengan pengalaman yang lalu. Hanura 5 tahun yang lalu kan mendukung Tamsil Linrung, tapi dulu 3 kursi setelah dikalah menjadi lima kursi,” kata Yunus.
Dia menilai kontestasi Pilwali dan Pileg sangat jauh berbeda. Pilwali tidak murni adalah kekuatan partai politik, namun relawan, jaringan pendukung dan akumulasi koalisi partai politik. Sementara untuk Pileg adalah murni kerja-kerja partai politik melalui kader dan Caleg yang diusung.
“Jadi saya selalu beranggap beda kalau kalau Pilwali dengan Pileg. Karena di Pileg Caleg kita sendiri yang turun, tertgantung dengan persiapan caleg dan partai yang menyeleksi Caleg-caleg,” ujarnya.
“Saya kira yang terjaring pada hasil seleksi kita (Hanura), kita yakini sudah siap bertarung baik finansial dan metal serta basis massa,” tambahnya.
Dijelaskan lebih jauh, pihaknya menargetkan 7 kursi pada Pileg tahun depan. “Jadi kalau sekarang lima kursinya, mudah-mudahan tambah dua, sama dengan pengalaman lima tahun lalu bertambah dua, dan smeua Caleg-caleg yang kita pasang kan sudah mulai turun di lapangan,” tandasnya.(*)