#

Staf Ahli Dishub Sulsel Sebut Pak “Ogah” Salah Satu Biang Kerok Kemacetan

Rabu, 26 September 2018 | 06:50 Wita - Editor: Baharuddin - Reporter: Junaid - Gosulsel.com

Makassar,Gosulsel.com – Kemacetan di Sulawesi Selatan Khususnya di Kota Makassar masih menjadi permasalahan transportasi yang kian hari makin tak bisa dikendalikan. Pertumbuhan jumlah kendaraan yang yang tak bisa diimbangi dengan pertumbuhan jaringan jalan menjadi faktor utama penyebab kemacetan.

Namun diluar itu, Staf ahli Dinas Perhubungan Provinsi Sulawesi Selatan, Dr. Ir. Qadriathi Daeng Bau, M.Si,. M.Pd menyebutkan bahwa selain faktor pertumbuhan kendaraan, ada beberapa penyebab kemacetan yang selama ini belum bisa tertangani,yaitu U turn yaitu arah putar balik dan pak “Ogah”.

pt-vale-indonesia

Qadriathi Daeng Bau yang juga merupakan pakar transportasi SulSel tersebut mengatakan bahwa antara U Turn dan Pak Ogah merupakan dua hal yang tak bisa dipisahkan. Menurutnya, hampir semua tempat arah putar balik di Makassar ada Pak “Ogah”nya. Kehadiran pak Ogah di setiap U Turn menurutnya menjadi biang kerok kemacetan.

“Pak Ogah disetiap U turn terkesan melebihi kuasanya petugas polisi dan Dishub karena mengharapkan  bayaran dari pengemudi kendaraan kemudian itu yang diprioritaskan,” Jelasnya.

Menurut Dosen Teknik Sipil Universitas Negeri Makassar ini kehadiran pak Ogah di U Turn sangat mengganggu kelancaran arus lalu lintas. Ia menjelaskan bahwa pak Ogah yang berdiri di U turn lebih mementingkan kendaraan -kendaraan yang ingin mutar dan menahan kendaraan dari arah berlawanan yang menyebabkan antrian sehingga terjadi kemacetan.

“Pak ogah lebih memprioritaskan kendaraan yang mau U turn karena dia pikir mendapat imbalan berupa duit sehingga cenderung mengabaikan kendaraan dari arah sebaliknya tidak memikirkan dampak yang ditimbulkan seperti antrian panjang yang biasanya berujung kemacetan di dua sisi jalan baik arah searah maupun sebaliknya,” lanjutnya.

Namun yang lebih memprihatinkan lagi adalah jika pak ogah yang berada di tempat putar balik tersebut adalah anak-anak usia sekolah yang seharusnya mengenyam pendidikan tapi lebih memilih tinggal menjadi pengatur u turn untuk mencari uang.

“Kalau kita lihat beberapa pak ogah yang sering “bertugas” di arah putar balik adalah anak usia sekolah . Ini menjadi permasalahan sosial juga. Mereka seharusnya berada di sekolah mengenyam pendidikan tapi karena mereka mendapatkan daya tarik memperoleh uang dari pengemudi kendaraan yang akan mutar balik maka mereka cenderung mengabaikan masalah sekolah. Dan ini efeknya lebih besar lagi karena membuat permasalahan sosial yang lebih tinggi lagi,” sambungnya.

Untuk mengatasi hal tersebut ia berharap ada ketegasan  dari pihak-pihak terkait. Karena selama ini menurutnya terkadang U turn tersebut  sengaja dibuka sendiri oleh pak Ogah. Selain itu perlu juga dipertimbangkan penetuan bukaan arah putar balik sesuai dengan standar agar tidak menimbulkan kemacetan.

“Inilah yang perlu sebenarnya ditegasi, makanya saya sering bilang kalau tidak   bisa ditindaki secara halus maka kita lakukan tindakan koersif artinya tindakan keras atau sanksi. Kadang mereka sendiri yang membuka itu bukaanya.

Ini yang perlu ditertibkan karena menjadikan salah satu biang kemacetan. Seharusnya juga kalau ada U turn dengan kondisi lalu lintas yang cukup padat jangan membiarkan pak ogah ada disitu yg menjadi pengatur lalu lintas mesti dari kepolisian dan dishub yang saling berkoordinasi”tandasnya.(*)


BACA JUGA