Muhammad Aliem

Tenda Armina dan Kualitas Pelayanan Jemaah Haji

Jumat, 28 Desember 2018 | 01:50 Wita - Editor: Irwan Idris -

Selain itu, dari segi pelayanan petugas, penampilan dan kerapian berpakaian petugas menjadi jenis pelayanan yang memiliki angka indeks tertinggi. Secara umum, indeks kepuasan Jemaah terhadap pelayanan petugas naik 0,31 poin. Dari 15 jenis pelayanan petugas yang dinilai, kesopanan petugas dalam melayani Jemaah haji berada pada posisi buncit dengan skor 86,21. Bahkan nilai indeksnya mengalami penurunan yang lebih tinggi dari jenis pelayanan lainnya. Jika dibandingkan tahun 2017, angka indeks kepuasan haji untuk kesopanan petugas dalam melayani Jemaah haji menurun 5,28 poin.

Pelayanan katering mungkin menjadi jenis pelayanan yang paling banyak dikeluhkan oleh para Jemaah pada masa lalu. Penilaian angka indeks ini dibagi menjadi dua berdasarkan lokasi, yakni pelayanan katering di Armina dan Non Armina (Makkah dan Madinah). Untuk di wilayah Armina, pemerintah Indonesia bukan pihak yang menangani sepenuhnya masalah katering. Secara umum, pelayanan konsumsi makanan dan minuman sudah membaik dari penyelenggaraan sebelumnya.

pt-vale-indonesia

Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan indeks kepuasan jemaah baik pelayanan Katering di Armina maupun Non Armina. Namun terdapat dua jenis pelayanan yang mengalami penurunan angka indeks, yakni kesesuaian cita rasa makanan dan minuman Indonesia dan variasi menu makanan yang diberikan. Hal ini bisa saja terjadi mengingat selera lidah para Jemaah sangat beragam. Tentu saja terdapat perbedaan selera jemaah yang berasal dari beragam wilayah di Indonesia yang membentang dari pulau Sumatera hingga Papua.

Dari hasil survei ini, pemerintah dapat mengambil kebijakan untuk memperbaiki pelayanan jemaah haji. Terlebih untuk pelayanan di wilayah Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Kualitas tenda dan kapasitas jemaah diharapkan menjadi lebih baik lagi pada penyelenggaraan haji mendatang. Apalagi puncak haji berada di Arafah yang membutuhkan tingkat kenyamanan dan ketenangan tinggi.  Salah satu rekomendasi BPS juga tentang pelayanan di Armina. Pengaturan dan perpindahan Jemaah di Muzdalifah sangat penting, sebaiknya ada aturan yang lebih ketat terkait antrian agar lebih tertib. Sarana pendukung seperti toilet bertingkat perlu ditambah di Mina, diperlukan toilet beratap agar tidak kepanasan saat antri.

Pelayanan konsumsi makanan dan minuman diharapkan terus mengalami peningkatan. Hasil survei kepuasan jemaah haji memberikan beberapa saran dan masukan terhadap pelayanan katering. Distribusi makanan di Madinah sebaiknya disesuaikan dengan pergerakan ke Nabawi. Kemudian pihak petugas haji melakukan pengawasan yang lebih ketat terhadap bumbu yang digunakan untuk memastikan tidak ada penggunaan bumbu instan. Bagaimanapun logistik berupa makanan dan minuman menjadi salah satu faktor pendukung yang menentukan kesuksesan pelaksanaan haji. Dengan makanan sehat dan sesuai dengan perut jemaah, pelaksanaan ibadah haji dapat berlangsung dengan baik.

Tidak kalah pentingnya juga adalah tentang manasik haji. Bimbingan manasik haji bisa diberikan lebih cepat. Hal ini dapat ditempuh dengan memberikan buku manasik sebelum Ramadan, dan tersedia video tutorial pelaksanaan haji selama di Arab Saudi. Bimbingan khusus pun perlu diberikan kepada calon jemaah dengan tingkat pendidikan rendah dan tidak mampu berbahasa Indonesia. Pemahaman calon jemaah tentang tata cara haji cukup memengaruhi pelaksanaan ritual ibadah. Kelancaran dan kesuksesan pelaksanaan haji tidak hanya ditentukan pihak penyelenggara, tetapi turut dipengaruhi oleh perilaku jemaah di tanah suci.(*)

Penulis : Muhammad Aliem, Kepala Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan.

Halaman: