Direktur YPN, Saharuddin Ridwan saat memperlihatkan cara budidaya Maggot.

Budidaya Maggot, Inovasi Baru YPN Kelola Sampah Organik

Minggu, 07 Maret 2021 | 20:37 Wita - Editor: Dilla Bahar - Reporter: Agung Eka - Gosulsel.com

MAKASSAR, GOSULSEL.COM – Sejumlah inovasi terus dihadirkan Yayasan Peduli Negeri (YPN) dalam pengelolaan sampah. Usai bank sampah, kali ada budidaya Maggot.

Maggot merupakan larva lalat Black Soldier Fly (BSF). Bentuknya menyerupai ulat. Tetapi sangat bermanfaat. Sebab, mampu mengurai sampah organik dengan sangat cepat dalam jumlah besar.

pt-vale-indonesia

Hal ini disampaikan oleh Direktur YPN, Saharuddin Ridwan. Sampah organik seperti sisa makanan bisa dikelola oleh Maggot. Sehingga memaksimalkan penguraian sampah.

“Memang di Makassar baru kita kembangkan di YPN dengan melibatkan teman-teman di sini. Dan ternyata sudah banyak teknologi tepat guna yang dilakukan selama ini di Makassar,” jelasnya.

“Ini salah satu alternatif yang sangat luar biasa. Karena semua sisa-sisa makanan yang kita hasilkan setiap hari bisa dikelola maggot,” tuturnya.

Adapun sampah dari sisa makanan ini setelah dicerna oleh maggot secara alami dapat menghasilkan pupuk organik yakni kompos. Maggot juga memiliki protein yang sangat tinggi untuk dijadikan pakan hewan lainnya. Seperti ikan lele, ayam dan burung.

“Waktu saya ke Korea, ketika maggot diperas menghasilkan minyak.Ternyata minyaknya itu bisa jadi sabun kencantikan. Dan itu (harga) sabun di Korea sangat mahal,” sambung Sahar.

Langkah awal, YPN telah memberdayakan Maggot di delapan unit bank sampah di Makassar. Kemudian dikembangkan dengan melibatkan masyarakat dan pihak swasta.

“Kita masih uji coba. Karena alat dari Korea itu sudah datang tinggal kita pasang. Dan itu untuk sementara hanya di wilayah Kecamatan Tamalanrea dan Biringkanaya,” ucap Sahar.

“Di Paccerakkang itu (sementara), mampu mengelola satu sampai dua ton per hari. Kita sudah survei. Dan nanti sampah-sampah organik dari hotel, rumah makan, restoran akan dikelola. Masyarakat bisa mengelola secara mandiri. Untuk sementara, telurnya kita kasih secara gratis,” sambungnya.

Menurut Direktur Operasional (Dirops) PD Pasar Makassar Raya ini, pengembangan teknologi tepat guna ini begitu potensial. Pasalnya, mampu mengelola 58 persen sampah organik yang ditimbulkan masyarakat setiap harinya.

YPN telah mencatat, jumlah sampah yang dihasilkan masyarakat se-Kota Makassar begitu banyak. Bahkan mencapai 1.150 ton per hari.

“Dari total itu, 58 persen adalah sampah organik. Itulah potensi yang akan kita kelola. Kenapa TPA Antang mengeluarkan bau tak sedap, karena semua sampah organik dibuang di sana,” jelasnya.

Sementara cara membudidayakan Maggot tidak begitu rumit. Berdasarkan siklusnya, maggot berasal dari lalat BSF. Jika ingin dibudidayakan, terlebih awal dikawinkan. Buah dari perkawinan itu, akan menghasilkan telur yang bereproduksi hanya lima hari.

“Telur inilah yang sebetulnya mahal. Mungkin teman-teman pernah mendengar Menteri Pertanian RI soal ekspor telur maggot,” kata Sahar.

“Ini saja (telur satu gumpalan kecil), bisa menghasilkan ratusan maggot,” lanjutnya.

Terakhir, Sahar menjelaskan bahwa telur yang dihasilkan dari buah perkawinan lalat BSF itu akan menjadi bayi larva Maggot. Setelahnya, tumbuh menjadi Maggot dewasa. Ketika mati akan menjadi kupat. Lalu kupat kembali menjadi lalat BSF.

“Bayi larva (maggot) inilah yang kita masukkan ke dalam wadah (tempat) bersama dengan sampah organik. Jadi memang maggot ini mengisap sari-sari makanan begitu cepat. Ikan saja kita uji coba, habis dalam 15 menit,” tandasnya. (*)


BACA JUGA