Matangkan Pembelajaran, ITB Nobel Mulai Susun RPS
MAKASSAR, GOSULSEL.COM — Salah satu faktor penentu keberhasilan pembelajaran adalah perencanaan yang baik. Perencanaan pembelajaran salah satunya dapat tercermin pada penyusunan Rencana Pembelajaran Semester (RPS).
Penyusunan RPS menjadi hal yang urgent bagi setiap kampus. Tidak terkecuali Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) Nobel Indonesia.
Diketahui, Rencana Pembelajaran Semester (RPS) adalah dokumen perencanaan pembelajaran yang disusun sebagai panduan bagi mahasiswa. Itu dalam melaksanakan kegiatan perkuliahan selama satu semester untuk mencapai capaian pembelajaran yang telah ditetapkan.
Kepala Lembaga Penelitian dan Publikasi Nobel Indonesia (LP2NI), Muhammad Hidayat dalam kegiatan Sosialisasi Penyusunan RPS Merdeka Belajar-Kampus Merdeka menyebut, ada beberapa point penting. Di mana yang nantinya diberikan kepada dosen lingkup Nobel Indonesia.
Diantaranya, dosen harus siap menghadapi tuntutan perubahan zaman. “Dosen harus siap dengan konsep kampus merdeka-merdeka belajar dimana dosen harus menjadi dosen penggerak dan fokus pembelajaran pada Mahasiswa (student Centered Learning),” katanya di Ballroom Nobel Convention Center.
Selain itu, kata dia, poin penting lainnya ialah Dosen harus mampu RPS yang mengadopsi kebutuhan. Sesuai pada program Kampus Merdeka-Merdeka Belajar.
“Pengembangan onten pembelajaran yang memadukan pada teori Praktek dan Praktikum yang disesuaikan dengan tuntutan pasar terutama terkait dengan Revolusi Industri 4.0 dan juga Society 5.0,” tukasnya.
Disisi lain, Rektor ITB Nobel Indonesia, Badaruddin menyebut penyusunan RPS merupakan tantangan berat bagi seluruh tenaga pengajar. Namun, dirinya mengingatkan kepada Dosen agar tidak khawatir, sebab jika para Dosen mampu mengadopsi kebutuhan pada program Kampus Merdeka-Merdeka Belajar maka tujuan yang diharapkan bersama dapat terwujud.
Terlebih skema metode pembelajaran yang dilakukan para Dosen, sambung dia juga berdampak pada penambahan jumlah Mahasiswa Baru (Maba). “Kita juga berusaha unutk menambah mahasiswa supaya jumlahnya bertambah banyak. Kita akan menerima Maba setiap semester jadi mari kita bangun kerjasama supaya relasi kita baik. Sekli lagi kita akan bergantung pada keluaran (alumni) kalau tidak sesuai ekspektasi, akan repot jadi tugas Bapak/Ibu di kelas,” tegasnya.
Selain itu, kata Mantan Ketua Yayasan Pendidikan Nobel Makassar ini berpandangan bila skema pembelajaran Mahasiswa dan Dosen sejatinya perlu divariasikan, salah satunya di luar ruang kelas. Sebab, dari tiga pilar yang telah ditetapkan oleh LLDIKTI, salah satunya adalah kelas yang antraktif.
“Ada masanya (Mahasiswa) harus belajar di luar kelas. Saya berpandangan mahasiswa sekali kali belajar di tempat terbuka. Kalau dosen mau ngajar di luar mahasiswa mungkin suka, dibandingkan di dalam kelas itu monoton,” tukasnya.(*)