Dosen Pendidikan Sosiologi Unismuh Makassar, Hadi Saputra.

Aksi Kawanan Geng Motor Marak di Bulan Ramadan, Begini Kata Dosen Sosiologi Unismuh

Minggu, 02 April 2023 | 20:08 Wita - Editor: Dilla Bahar - Reporter: Endra Sahar - Gosulsel.com

GOWA, GOSULSEL.COM-Aksi kawanan geng motor marak terjadi. Utamanya pada saat bulan suci Ramadan. Di Kabupaten Gowa misalnya, puluhan orang sudah ditangkap karena diduga anggota geng motor.

Anggota geng motor ini telah melakukan penyerangan terhadap warga di Desa Mandalle, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa, Selasa (28/3/2023) sekira pukul 23 30 Wita lalu.

pt-vale-indonesia

Para pelaku menggunakan busur dan batu saat menyerang warga. Akibatnya, satu orang meninggal dunia dan dua orang lainnya luka-luka.

Menanggapi fenomena aksi kawanan geng motor di Kabupaten Gowa, Dosen Pendidikan Sosiologi Unismuh Makassar, Hadi Saputra angkat bicara.

Menurut dia, ada beberapa pandangan terhadap geng motor yang berulah pada bulan Ramadan. Pertama kata dia, semakin intensifnya interaksi sosial.

Dalam sosiologi menurutnya, bulan Ramadan dapat dilihat sebagai struktur sosial yang membentuk pola interaksi sosial. Selain peningkatan intensitas beribadah, Ramadan juga meningkatkan interaksi sosial dalam masyarakat.

“Momentum interaksi bukan hanya pada siang atau sore saja, bahkan hingga malam dan dini hari. Struktur Sosial Ramadan ini, juga memungkinkan potensi perjumpaan para anggota geng motor lebih intensif,” ujarnya kepada media belum lama ini.

Pandangan kedua kata dia yaitu
meningkatnya kebutuhan ekonomi. Meskipun sejatinya Ramadan adalah bulan pengendalian diri, termasuk dalam aktivitas konsumsi. Namun faktanya, kata dia, selama Ramadan justru aktivitas konsumtif semakin meningkat.

“Meningkatnya kebutuhan tersebut, bisa memicu orang-orang yang tidak berpunya, termasuk para anggota geng motor merasa terdesak oleh kebutuhan ekonomi tersebut. Termasuk kebutuhan lebaran nantinya,” jelas Hadi.

Pandangan ketiga, yakni kaum terbuang.
Dijelaskan, kehidupan anggota geng motor, meminjam istilah Michael Foucault, dapat disebut The Life of Infamous Men. Mereka adalah ‘kaum terbuang’.

Kaum terbuang yang dimaksud yang mungkin merasa tidak memiliki jalan menuju kemasyhuran dan kehebatan.

Sebagai kompensasi atas keterbuangan, mereka mendapatkan kegairahan dalam kekerasan, dan kejahatan.

“Inilah jalan yang mereka tempuh untuk mendapatkan pengakuan atas eksistensi mereka,” bebernya.

Pandangan keempat yakni, Ramadan Momentum Kepedulian.

“Sebenarnya, Ramadan bisa menjadi momentum bagi kita untuk meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Termasuk penguatan peran orang tua, dalam memberikan pembinaan dan kasih sayang pada anak yang sedang dalam proses pencarian identitas,” ujarnya.

“Momentum buka puasa, ibadah tarawih, maupun sahur, dapat dijadikan wahana untuk membangun kembali kedekatan orang tua dan anak,” ujarnya

Hadi menyakini jika pihak kepolisian dalam hal ini Polres Gowa sudah mengetahui dan memiliki data tentang waktu dan tempat yang rawan digunakan geng motor untuk beraksi.

“Jadi mungkin intensitas patroli pada momen dan kawasan rawan tersebut perlu ditingkatkan,” ujarnya.

Dia mengaku menyelesaikan masalah ini tidak bisa sepenuhnya mengandalkan pendekatan hukum. Perlu dukungan masyarakat, khususnya orang tua.

Misalnya, program ‘Jagai Anakta’ juga perlu dukungan dari para orang tua. Perlu dipastikan, agar momentum ibadah Ramadan sepenuhnya dalam pemantauan orang tua.

“Banyak wahana untuk menyibukkan anak dalam aktivitas produktif selama Ramadan. Mulai dari pesantren kilat, pengajian, festival Ramadan, atau usaha ekonomi produktif,” jelasnya.

“Jika memang sudah memakan korban, berarti alarm sudah harus kembali dibunyikan. Korban tidak boleh bertambah lagi. Masyarakat wajib menuntut hak atas rasa aman. Itu tanggungjawab negara, dalam konstitusi,” pungkasnya. (*)


BACA JUGA