Pengawas Sekolah di Maros Dilatih Pantau Kemajuan Literasi Sekolah

Rabu, 25 Mei 2016 | 16:08 Wita - Editor: Syamsuddin - Reporter: Muhammad Seilessy - GoSulsel.com

“Dengan pelatihan ini, selain berkaitan dengan pembelajaran dan manajemen sekolah, para pengawas dilatih memantau sekolah agar bisa berbasis literasi atau siswa terbiasa membaca dengan berbagai program yang rutin dan menarik,” ujar Jamaruddin.

Di lembar pemantauan budaya baca, para pengawas diminta untuk meninjau beberapa hal;  apakah ada jadwal rutin membaca diluar membaca buku pelajaran? Apakah ada kegiatan yang mendorong anak menjadi berminat membaca, misalnya guru membaca dongeng? Adakah fasilitas sekolah yang mendekatkan siswa terhadap buku, misalnya sudut baca, taman baca dan lain-lain?

pt-vale-indonesia

Bagaimana peranan orang tua siswa dalam program membaca? Bagaimana sekolah menjamin ketersediaan buku? Apakah program budaya baca tercantum dalam perencanaan dan penganggaran sekolah? Apakah para guru dan pendidik lain sudah memberikan tauladan pada siswa dengan rajin membaca, dan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan sekolah supaya bisa berbasis literasi.

Jamaruddin berharap setelah pelatihan, seluruh pengawas di Maros yang telah dilatih benar-benar  mengimplemtasikan ilmunya. “Setelah meninjau sekolah, dan melihat budaya bacanya kurang, mereka diharapkan memberi solusi, membinanya dengan baik. Ketika dilihatnya banyak kemajuan, mereka diharapkan bisa menyebarkan cara mencapai kemajuan tersebut ke sekolah lain,” ujarnya.

Indonesia merupakan salah satu negara yang paling rendah tingkat literasi di seluruh dunia. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Central Connecticut State University tahun 2016, Indonesia berada di nomor 60 dari 61 negara yang diteliti. “Berdasarkan penelitian itu, negara yang literasinya rendah, wargan egaranya cenderung suka kekerasan dan melanggar hak orang lain, miskin, tidak cerdas dan kurang gizi,” tutup Jamaruddin.(*)

Halaman: