
Dari Tomanurung ke Raja Gowa Terakhir, Siapa yang Berhak Bergelar Sombayya?
Gowa, GoSulsel.com — Sejarah mencatat Kerajaan Gowa lahir dari perselisihan tak henti sembilan kerajaan kecil yang diperkirakan terjadi pada abad XIV. Saat itu, daerah ini sudah dikenal dengan nama Makassar. Dan masyarakatnya disebut suku Makassar.
Menjelang terbentuknya Kerajaan Gowa, komunitas Makassar memiliki sembilan kerajaan kecil yang disebut Kasuwiyang Salapang (Sembilan negeri yang memerintah), yaitu: Tombolo’, Lakiung, Saumata, Parang-Parang, Data’, Agang Je’ne, Bisei, Kalling, dan Sero’.

Di antara kerajaan-kerajaan kecil di atas sering terjadi perselisihan yang terkadang meningkat menjadi perang terbuka. Perang dapat diperkecil dengan mengangkat dari kalangan mereka seorang pejabat yang disebut Paccallaya. Ia berfungsi sebagai ketua dewan di antara kesembilan kerajaan kecil yang menjadi anggotanya. Di samping itu, ia menjadi penengah dalam mendamaikan perselisihan yang mungkin timbul di antara gallarrang (penguasa) kerajaan-kerajaan kecil itu.
Paccallaya sebagai ketua dewan tidak memiliki kewenangan dan kekuatan memaksa dalam menyelesaikan perselisihan yang timbul. Keadaan seperti ini berlangsung terus sampai datangnya Tomanurung yang mempersatukan semua kerajaan kecil itu dalam satu kerajaan yang dinamakan Butta Gowa (Tanah atau Kerajaan Gowa).
Mitos Tomanurung merupakan salah satu unsur kepercayaan dalam masyarakat Gowa. Ia dipercaya sebagai seorang putri yang turun dari kayangan di sebuah tempat yang bernama Takak Bassia. Ia datang secara luar biasa tanpa diketahui nama dan tempat asalnya, sehingga disebut saja Tomanurung (orang yang turun dari langit).
Tomanurung adalah raja pertama dalam silsilah Kerajaan Gowa. Ia dinobatkan sebagai raja berdasarkan kesepakatan antara Tomanurung di satu pihak dan Paccallaya bersama dengan Kasuwiyang Salapang di pihak lain. Kasuwiyang Salapang sebagai raja-raja negeri bersepakat untuk menyerahkan kekuasaan pada Tomanurung sebagai raja. Sebaliknya, Kasuwiyang Salapang akan dilibatkan dalam setiap pengambilan keputusan, seperti masalah perang dan damai.
Setelah Kerajaan Gowa terbentuk, posisi Paccalaya ditiadakan dan sembilan kepala negeri dijadikan anggota dewan kerajaan yang disebut Bate Salapang di samping jabatan mereka sebagai kepala-kepala negeri.