Abd Rasyid Masri

Meraih Kesuksesan Lewat Prestasi dan Sedekah

Selasa, 24 Oktober 2017 | 10:46 Wita - Editor: Irfan Wahab - Reporter: Citizen Reporter

GoSulsel.com – Namanya Abd Rasyid Masri. Dia adalah seorang perantau ulung yang mampu berdiri kokoh sampai sekarang. Laki-laki ini lahir di Gresik Jawa Timur pada 27 Agustus 1969.

Namun, ketika ia masih berumur 11 hari, orang tuanya memutuskan untuk pulang kampung di Bulukumba sebab kerinduan seorang nenek ingin melihat cucunya yang telah dinanti-nantikan sejak lama.

pt-vale-indonesia

Rasyid seorang cucu pertama dari pemangku adat yang ada di Desa Ara Bulukumba. Ketika kapalnya telah bersandar di pelabuhan, sejumlah prosesi adat dilakukan untuk menyambut cucu kesayangannya tiba di kampung kelahiran orang tuanya. Ia beserta keluarga menunggangi ara (kuda) lalu berlalu untuk segera pulang ke rumahnya.

Selang beberapa tahun kemudian, Rasyid lalu tumbuh dan bersekolah di SD 161 Ara-Bulukumba, selanjutnya ia melanjutkan ke MTs Bonto Tiro, dan pada saat kelulusannya, ia memutuskan hijrah ke Kendari mengikuti sang ayah yang seorang pengusaha.

Bebas Test

Di samping ia membantu usaha ayahnya, ia juga mengenyam pendidikan menengah atas di SMA 2 Kendari jurusan sosial politik. Rasyid yang dikenal sebagai orang yang cerdas, loyal, dan berprestasi mendapatkan kesempatan bebas tes masuk IAIN Kendari karena semasa SMA ia termasuk siswa teladan dan masuk dalam peringkat 10 besar.

Sebelumnya, ia sudah tercatat sebagai mahasiswa semester III di Universitas Sulawesi Tenggara Fakultas Hukum namun karena mengikuti nasihat pamannya agar memperdalam ilmu agamanya, maka ia memutuskan untuk mengambil dua jurusan sekaligus dari universitas yang berbeda.

Tetapi, karena jarak antara kampus satu dengan yang lain sangatlah menguras energi, maka Rasyid memilih untuk melanjutkannya di IAIN dengan mengambil prodi PAI dan harus mengulang kembali dari semester satu.

Di sinilah cikal bakal lahirnya Rasyid sebagai aktivis tulen, di mana pada saat itu ia telah menduduki banyak kursi di organisasi di antaranya yaitu, sekretaris Senat, Ketua Umum HMI, Ketua Umum DEMA, Ketua Umum HMI Cab. Kendari, anggota Muhammadiyah , dan berbagai organisasi lainnya.

Rasyid menyadari bahwa seorang mahasiswa tidak hanya perlu cerdas dalam bidang akademik tetapi juga harus cerdas dalam berorganisasi, sebab organisasilah tempat lahirnya kader-kader pemimpin yang melanjutkan estafet kepemimpinan di tanah air yang lebih baik.

Asisten Dosen

Rasyid yang pada saat itu asih tercatat sebagai mahasiswa IAIN Kendari dipercaya menjadi asisten dosen karena mempunyai kapabilitas dan integritas yang ia miliki. Waktu itu ia dipercayakan untuk membawakan mata kuliah Ilmu Dirasah Islamiyah ketika dosen utama berhalangan untuk hadir.

Ketika Rasyid telah menjabat sebagai dosen tetap di IAIN Makassar, ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan magisternya di UNM dengan mengambil konsentrasi pendidikan sosiologi.

Akan tetapi, ia merasa waktunya masih senggang maka ia berpikir untuk menjalani pendidikan dua sekaligus yaitu jurusan ilmu komunikasi di Universitas Hasanuddin. Akhirnya, dengan ketekunan dan keseriusannya untuk terus belajar dan belajar ia pun mendapatkan dua gelar master di usianya yang masih terbilang muda.

Prestasi yang sangat membanggakan dan patut dicontohi oleh mahasiswa sekarang ini bahwa tidak ada salahnya untuk terus mencoba selama Allah selalu mengiringi langkah-langkah baik yang kita jalani. Dan jangan pernah berhenti untuk terus belajar dan ukir prestasi.

Di usianya yang masih sangat muda yaitu 34 tahun, ia sudah menjabat sebagai wakil dekan III Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Dan yang paling mencengangkan lagi karena ia masukdalam kategori wakil dekan termuda seluruh Indonesia.

Rasyid terus mengasa kemampuan yang ada pada dirinya dan tidak pernah merasa bangga terhadap apa yang sudah dicapainya selama ini. Karena baginya bahwa semuanya hanyalah titipan Allah yang kelak akan dipertanggung jawabkan di akhirat.

Berselang waktu itu, ia lalu diangkat lagi menjadi wakil dekan II pada fakultas yang sama sambil melanjutkan program magister dan doktornya. Dulunya Rasyid hanya memiliki nama yang cukup pendek, kini ia sudah menambah rentetan title di belakang namanya menjadi Dr. H. Abd. Rasyid Masri., M.Pd., M.Si., MM.

Amanah Dekan

Menjabat sebagai dekan, tentunya karya merupakan hal yang penting untuk seorang akademisi. Di antara karya yang pernah dipublikasikan antara lain : Pengantar Sosiologi, Pengantar Ilmu Politik (buku daras), Panduan Orientasi Mahasiswa di Perguruan Tinggi, Strategi Dakwah dan Komunikasi, Kepemimpinan Wanita dan Birokrasi, dan masih banyak lagi karya-karya yang pernah dipublikasikan.

Terlepas dari itu, tentunya kehadiran keluarga menjadi kekuatan terbesar baginya. Dukungan sang istri tercinta, Hj. Nurmiati Andi Patongai, S.E., MM beserta kedua putrinya Andira Ratu Nurrasyid dan Andita Tahta Nurrasyid adalah anugerah terindah yang harus ia syukuri.

Saat peluh, kesah, dan letih menjadi momok berhantu di pikiran dan jiwa maka pundak keluarga adalah tempat sandaran paling nyaman untuk bersandar.

Selama ini Rasyid dikenal sebagai orang yang dermawan. Ia tidak memikirkan hal-hal buruk ketika ia berbagi pada orang lain karena menurutnya, kalau kita punya kesejahteraan maka tugas kita adalah mensejahterakan orang lain.

Kalau kita punya kekayaan maka tugas kita adalah berbagi tanpa pamrih. Ketika saya menjadikan sedekah sebagai “hobby” saya merasa disitulah pintu-pintu rezeki-Nya terbuka lebar. Berbagilah niscaya kamu tidak akan pernah merugi, tandasnya. (*)

 

Citizen Report: Thania Dwi Destriana AR dan Hardiyanti Kamaluddin. Keduanya Mahasiswa KPI FDK UIN Alauddin Makassar.


BACA JUGA