Ini 6 Penyair Perempuan Terkeren di Sulsel

Sabtu, 17 November 2018 | 16:46 Wita - Editor: Irwan AR -

Lumayan banyak kan? padahal menurutnya baru intens menulis saat menyukai pertama kali sastra usai membaca novel Aan Mansyur “Perempuan Rumah Kenangan” lalu ia pun menulis puisi secara serius. Setelah lima kali ditolak, puisinya pun terbit pertama kali di rubrik Budaya harian Fajar 23 Januari 2011.

Penyair Aslan Abidin menyebut dua penyair perempuan bagus saat ini, salah satunya Dalasari Pera ini.

pt-vale-indonesia

4. DEWI MUDIJIWA

Perempuan yang punya suara merdu ini lahir di Makassar, 20 September 1982 dengan nama lengkap Dewi Hastuty Sjarief. Sarjana Kesehatan Masyarakat ini pernah mendirikan Komunitas Seni Sesaji (2002) dan Sekolah Puisi Meja Bundar (2004) di Fakultas Kesehatan Masyarakat Unhas.

Dewi kemudian terlibat pada komunitas musik pesisir Mandar Laba-Laba Duda Hitam sebagai vokalis di tahun 2005. Pada tahun 2006 terjun ke dunia akting dengan menjadi aktris pertama Kala Teater dengan mementaskan dramatic reading “Dua Penggerutu”.
Tahun 2012 bersama Komunitas Mahila menerbitkan buku “Sembilan Pengakuan: Antologi Puisi dan Musikalisasi Puisi”.

Tahun 2014 bersama Penulis Perempuan Indonesia Timur berpartisipasi dalam penulisan buku antologi puisi “Isis dan Musim-Musim”. Ia juga berpartisipasi dalam antologi puisi yang terbit saat Makassar International Eight Festival & Forum 2017 (Fiction Writers & Font) dan membacakan puisi sendiri di perhelatan F8 tersebut di Makassar.

Dewi juga menulis naskah monolog dan turut dipentaskan pada Festival Kala Monolog Makassar dengan judul monolog “ Ziarah” (2016) , monolog “Pengakuan” adaptasi cerpen Mutiara karya Yukio Mishima (2017) , dan monolog “Bukan Opu” (2018).
Puisi-puisi lepasnya yang tanpa kurator kerap pula ditemui di instagram bersama dengan foto-foto hasil riasan wajah @dewiolebbimua sebagai hobi dan bisnis lainnya di bidang makeup MUA.

5. LUNA VIDYA

lunavidya on pinterest

Kelahiran Sentani, di tanah Papua. Bermain teater sejak kuliah di Makassar tahun 1984 di Teater Kampus Unhas. Lebih fokus pada teater monolog. Kadang memainkan naskahnya juga selain naskah lainnya.

Salah satu project Makunrai adalah hasil naskah monolog yang disadur dari cerpen karya Lily Yulianti yang berlanjut pada proyek pembelajaran berdimensi gender. Terlibat dalam banyak antologi puisi di Makassar dan menuliskan puisi-puisi maupun catatan perjalanannya di weblog pribadinya.

Menurut Muhary Wahyu Nurba -seorang penyair dan pemilik kedai kopi di Lombok- Luna punya kekhasan sendiri. Gaya penulisan puisi dan pembacaannya begitu khas. Menurut Aslan Abidin, Luna hanya jarang memublikasikan karya-karya barunya.

Halaman:

BACA JUGA