#Menuju Parlemen 2019
Politik Partisipan dan “Open Minded”, Bocoran Strategi Hilmiaty Asip Menangkan Pileg 2019
BULUKUMBA, GOSULSEL.COM — Calon anggota legislatif (Caleg) dari partai Hanura, Hj. Hilmiaty Asip.ST memiliki langkah strategis khusus dalam memenangkan Pileg 2019 mendatang. Meskipun Pemilu 2019 adalah pertama kalinya pelaksanaan Pileg dan Pilpres secara bersamaan, tapi bagi Hilmiaty bukanlah kendala yang berarti.
Hilmy, sapaan Caleg Daerah Pemilihan (Dapil) Sulsel lima, meliputi Kabupaten Bulukumba dan Sinjai ini membeberkan, selama ini dirinya hanya menjalankan dua poin penting dalam bersosialisasi dan berkampanye. Pertama adalah politik partisipan, dan kedua adalah politik open mindset.
Politik partisipan yang dimaksud adalah memberikan ruang yang bebas kepada masyarakat berkaitan kesadaran politik yang tinggi. Selain Hilmy memberikan ruang kepada masyarakat menyamapikan pininya dan aktif dalam kegiatan politik, dia juga berinteraksi bebas dengan masyarakat dalam hal ide dan gagasan, baik itu pada kepentingan elektoral politik maupun kepentingan rakyat jika kelak terpilih.
“Secara tidak langsung dengan membudayakan politik partisipan, artinya menghindari politik transaksional. Kepada siapa saja, apalagi jika calon pemilih yang telah memberikan sinyal dukungan, kami banyak berdiskusi bertukar pikiran, baik itu kepentingan elektoral, maupun serap aspirasi. Kami mencari tau apa yang diinginkan oleh rakyat, ini juga bagian dari serap aspirasi,” kata Hilmiaty, Jumat (30/11/2018).
Dengan begitu, kata dia masyarakat terlibat dalam gerakan politik yang dia lakukan. Apalagi jika memang sudah benar-benar memberikan dukungan.
“Artinya tidak hanya mengajak untuk memilih. Lebih dari itu, mengajak untuk memikirkan kegiatan politik dengan ikhalas. Begitu juga mengajak terlibat memikirkan kemajuan daerah ini ke depan,” ucap dia.
Dia menegaskan, jika uang banyak menjadi penentu kemenangan dalam kontestasi politik, maka sangat muda bagi keluarga pengusaha dan pejabat untuk merebut amanah rakyat. Namun pada dasarnya bukan itu esensinya.
“Masyarakat kita sudah cerdas dalam menentukan pilihan, mereka benar-benar tahu yang mana memiliki silaturahmi dan kinerja yang baik. Mari ajak pemilih kita tetap menjadi pemilih cerdas,” jelasnya.
Kedua, politik open mindset yang dimaksud adalah, sebagai politisi perempuan dia mencoba untuk meretas kekakuan pemikiran dari kaum perempuan.
“Kekauan terhadap perempuan yang dimaksud bahwasanya panggung politik hanya dibuat serta diperuntukkan bagi kaum lelaki,” kata Caleg nomor 3 ini.
Diapun mengakui perlu keterlibatan semua kalangan yang berkepentingan untuk membuka pemikiran khalayak banyak. Hal ini tentu membutuhkan kerja keras.
Masih lanjut Hilmy, dirinya sangat berharap, keinginan konstitusi untuk mendudukan legislator perempuan secara nasional bisa mencapai minimal 30 persen. Bahkan kata dia, alangkah baiknya jika lebih.
Menurut Hilmy, bukan meragukan legislator pria untuk memperjuangkan kepentingan perempuan, namun kata dia, masih banyak hal tentang perempuan yang belum tentu diketahui oleh kaum laki-laki.
Olehnya, legislator Bulukumba dua periode ini berharap, Caleg perempuan tidak hanya menjadi pajangan dipartai, apalagi hanya dipasang untuk mencukupkan Caleg perempuan, lebih dari itu dia berharap agar Caleg perempuan bertarung dengan fight.
“Peningkatan persentase perempuan di parlemen memiliki peluang cukup besar. Atas dasar hal tersebut, selama masa kampanye caleg perempuan tentunya harus memiliki strategi tepat untuk bisa meraih pemilih untuk menghadapi Pemilu 2019,” tandasnya.(*)