FOTO: Susana Accera Kalompoang keluarga kerajaan Gowa dan Pemkab Gowa/Minggu, 11 Agustus 2019/Junaid/GOSULSEL.COM

Accera Kalaompoang, Ini 15 Benda Pusaka Yang Dicuci

Senin, 12 Agustus 2019 | 10:39 Wita - Editor: Muhammad Fardi - Reporter: Junaid - Gosulsel.com

GOWA, GOSULSEL.COM – Pemerintah Kabupaten Pemkab Gowa bersama pihak kerajaan Gowa kembali menggelar tradisi ‘Accera Kalompoang’ di Istana Balla Lompoa Sungguminasa, Minggu (11/8/2019).

Accera Kalompoang merupakan warisan budaya tak benda yang telah diberikan sertifikat secara resmi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada 10 Oktober 2018.

Salah satu prosesi dalam Accera Kalompoang tersebut adalah pencucian benda-benda pusaka. Pusaka-pusaka tersebut hanya dapat dikeluarkan dari tempatnya satu kali dalam setahun yaitu saat dilakukan pencucian benda atau Accera Kalompoang.

Dalam accera kalaompoang, ada 15 benda pusaka yang dicuci. Pertama, Solokoa atau Mahkota terbuat dari emas murni, bertahtakan berlian dan permata sebanyak 250 butir. Ukuran garis tengah 30 centimeter dengan berat 1768 gram. Bentuknya menyerupai kerucut bunga teratai yang memiliki 5 helai kelopak daun.

Solokoa merupakan salah satu benda kebesaran Kerajaan Gowa yanh digunakan sebagai mahkota ketika pelantikan Raja. Solokoa ini berasal dari Raja Gowa 1 yakni Tumanurung pada Abad 14.

Kedua, Sudanga atau sebilah senjata sakti sejenis kalewang (sonri) dari besi putih, berhulu dan bersarung tanduk binatang berhias emas putih berlief geometris serta lilitan rotan. Adapun panjangnya berukuran 72 cm, lebar 4 cm dan 9 cm.

Sudanga ini milik Karaeng Bayo, suami Karaeng Tumanurunga Baieneyea ri Tamalatea sekitar abad XIII, kemudian menjadi atribut legitimasi saat prosesi penobatan raja berkuasa.

Ketiga, Ponto Janga-Jangaya atau gelang berbentuk Naga Melingkar sebanyak 4 buah, gelang ini berbentuk emas murni dengan berat 985,5 gram. Benda pusaka ini berasal dari Tumanurung.

Keempat, Kolara atau Rante Kalompoang berbahan emas murni. Terdapat 4 Kolara masing-masing panjangnya 51 cm, 55 cm, 55 cm, dan 49 cm dengan berat keseluruhan 2.182 gram.

Kelima, Tatarapang atau sejenis keris emas bertahta permata dan besi tua sebagai pelengkapnya. Dipakai dalam upacara kerajaan, keris ini sepanjang 51 cm, lebar 13 cm dan berat 9865 gram

Keenam, Lasipo atau parang dari besi tua. Senjata sakti ini dipergunakan raja sebagai petanda untuk mendatangi suatu tempat yang akan dikunjungi. Panjang parang ini sepanjang 62 cm, dan lebar 6 cm. Parang ini berasal dari Kerajaan Nunukan.

Ketujuh, Matatombak, matatombak yang dimiliki kerajaan ada tiga jenis. Pertama, Tama Dakkaya adalah matatombak yang dapat dipergunakan sebagai senjata sakti pada masa Kerajaan Gowa. Panjangnya 49 cm dan lebar 3 cm. Kedua, mata tombak jinga yang terbuat dari besi hitam, berfungsi sebagai senjata sakti Kerajaan Gowa. Panjangnya 45 cm dan 3 cm.

Kemudian matatombak Bu’le adalah anak sumpit dari besi hitam yang panjangnya 31 cm dan lebar 1,3 cm. Senjata ini berasal daridari Karaeng Loe di Bajeng.

Delapan, Berang Manurung atau sejenis kelewang/perang panjang. Parang ini bernama Manurung karena keberadaannya secara ghaib dibilik penyimpanan benda-benda pusaka.

Sembilan, Bangkarata’roe atau perhiasan berbentuk seperti antinganting-anting yang terbuat dari emas murni yang berjumlah 4 pasang. Anting-anting ini merupakan perlengkapan wanita dari pihak Raja pada kegiatan upacara.

Panjang anting-anting ini 62 cm, lebar 5 cm, berat 287 gram dan berasal dari Tumanurunga.

Sepuluh, Kancing Gaukang atau Kancing Bulaeng yang terbuat dari emas murni sebanyak 4 buah. Merupakan perlengkapan kerajaan dengan ukuran garis tengah 11,5 cm dan beratnya 277 gram. Pusaka ini berasal dari Tumanurunga.

Sebelas, Cincin Gaukang atau cincin dari emas murni dan perak sejenis batu. Benda ini merupakan alat perlengkapan perhiasan bagi wanita sejumlah 12 buah.

Duabelas, Tobo Kaluku atau Rante Manila sejenis emas sebagai perlengkapan pada upacara khusus kerajaan. Beratnya 270 gram, panjang 212 cm. Benda ini pemberian Kerajaan Sulu (Philipina Selatari sekitar Abad XVI).

Tigabelas, Pannyanggayya atau parang emasang terbuat dari rolan dan berambut ekor kuda. Panjangnya 22 cm yang dipakai pada upacara kerajaan khusus.

Empatbelas, Penning Emas atau medali emas yang terbuat dari emas murni. Merupakan pemberian Kerajaan Gowa 1.814, bentuknya bulat seberat 401 gram.

Limabelas, medali emas atau piagam penghargaan yanh terbuat dari emas murni. Penghargaan ini merupakan pemberian Kerajaan Belanda sebagai tanda kehormatan. Rantainya 110 cm, dan medalinya bergaris tengah 7,5 cm dan beratnya 110 gram.(*)


BACA JUGA