#

Firasat IYL Head to Head di Pilgub, Ini Tanggapan Pengamat

Rabu, 13 September 2017 | 16:10 Wita - Editor: Baharuddin - Reporter: Muhammad Fardi - GoSulsel.com

Makassar,GoSulsel.com – Pernyataan Ichsan Yasin Limpo (IYL) perihal firasatnya yang bakal head to head dengan Nurdin Abdullah (NA) di Pilgub Sulsel 2018 mendatang, dinilai sebuah pernyataan yang rasional. Hal ini bukan tanpa alasan, lantaran tahapan pendaftaran di KPU masih terhitung beberapa bulan kedepan.

“Sebelum mendaftar di KPU sebernarnya semua calon bisa saja batal maju. Nanti setelah mendaftar di KPU dan resmi ditetapkan sebagai calon, dan tidak boleh mundur. Ada konsekuensi regulasi yang dihadapi,” kata Pakar Politik Universitas Hasanuddin (Unhas), Adi Suryadi Culla, saat dikonfirmasi, Rabu (13/92017).

pt-vale-indonesia

Diketahui, saat ini pasangan calon Gubernur yang telah mencukupi rekomendasi partai politik hanya Nurdin Halid – Aziz Qahar Mudzakkar (NH-Aziz).

Hanya memang, Nurdin Halid yang juga Ketua Harian DPP Golkar belakangan harus diperhadapkan untuk mengambil alih kebijakan DPP Golkar pasca ketuanya, Setya Novanto ditetapkan sebagai tersangka.

Adi, sapaan Adi Suryadi Culla tidak menampik adanya gejolak di DPP Golkar setiap saat.

Ia mengatakan dinamika internal Golkar memang sulit untuk diprediksi apa yang mungkin terjadi ke depan. Apalagi, kata dia, dengan poisisi yang berstatus tersangka.

“Yang tidak bisa diprediksi dampakanya, ketika ada vonis, dan itu dilajutkan dengan penahanan,” kata Adi.

Dia mengatakan, jabatan ketua harian DPP sangat penting, karena itu, kemungkinan terjadinya turbelensi politik di DPP sangat bisa berpengaruh terhadap kondisi internal kepemimpinan partai di Golkar, baik di tingkat pusat maupun di daerah.

Menghadapi adanya kader yang terus menyuarakan pergantian Setya, menurut Adi, konsolidasi internal partai Golkar sangat penting.

Olehnya, kemungkinan NH bisa saja batal running di Pilgub. Keputusan ini juga, tentu dengan pertimbangan yang rasional.

“Itu kondisi real poilitik. yang sulit diprediksi. Calon berfikir ketika mau mendaftar di KPU dengan segala reskio yang bisa dihadapi. Dia harus konsisten, dengan pertimbangan apakah ini merugikan atau tidak,” tandasnya.

Dikonfirmasi terpisah, pakar politik dari Universitas Bososwa (Unibos) Makassar, Arief Wicaksono menilai, Firasat itu kemampuan diri seseorang, merefleksikan apa yang akan terjadi pada dirinya.

“Bagi figur seperti IYL, wajar saja memiliki firasat seperti itu, karena pengalaman beliau dalam panggung politik Sulsel yang telah lama digeluti. Apalagi IYL juga berlatarbelakang keluarga politisi – birokrat, jadi nilai-nilai dalam kompetisi politik itu telah terinternalisasi dalam dirinya,” kata Arief.

Namun bagi IYL, lanjut Arief, sebagai politisi atau elit politik, penyampaian firasatnya kepada publik, dapat juga diterjemahkan sebagai strategi politik yang harapannya dapat mempengaruhi lawan-lawannya dalam membangun pergerakan politik.

Hanya memang kepiawaian dan pengalaman politik Punggawa, sapaan yang dilekatkan ke IYL bisa saja terbukti.

Hal ini penuh dengan pertimbangan, “Ahli Strategi” ini adalah figur yang sudah beberapa kali memenangkan konstestasi politik. (*)


BACA JUGA