Ketika Mas Gagah Pergi, Film Indonesia, Arum Spink, Pesantren Gombara,
Arum Spink Wakil Ketua Bidang Media dan Komunikasi Publik DPW Partai NasDem Sulsel

Pipink Protes Film Duka Sedalam Cinta Tak Tayang di Makassar

Minggu, 22 Oktober 2017 | 21:31 Wita - Editor: Sapriady Putra - Reporter: A Nita Purnama - GoSulsel.com

Makassar, Gosulsel.com — Momentum Hari Santri yang jatuh hari ini, 22 Oktober 2017 menyisakan kekecewaan bagi Anggota DPRD Sulsel, Arum Spink.

Pipink yang juga ketua Ikatan Alumni Pesanten Muhammadiyah (Ikapem) Gombara menyesalkan  perusahaan bioskop, Studio XXI yang tak menanyangkan film bergenre religius. 

pt-vale-indonesia

“Di saat kita merayakan secara nasional hari santri tapi kebijakan tidak berpihak pada penghargaan karya-karya santri” ungkapnya,

Mantan Ketua KPU Bulukumba mengatakan telah menghubungi  manajemen Studio XXI di Makassar. 

“Saya sudah menyampaikan protes keras sekaligus mempertanyakan kenapa film Duka Sedalam Cinta tak tayang di studio-studio di Makassar.” sesalnya.

Film Duka Sedalam Cinta, bagi Pipink adalah film yang memberi pelajaran hidup bagi mereka yang akan berhijrah dan haus akan khazanah-khazanah kebaikan. 

“Di dalamnya ada inpirasi dan penggalan-penggalan dakwah khususnya anak-anak muda di negeri ini. Itu tercermin dari film sebelumnya yakni Ketika Mas Gagah Pergi yang keduanya diambil dari karya Novel Helvy Tiana Rosa.”tambahnya.

Yang menarik lagi karena director dan sutradara di Film ini adalah santri yang pernah mondok selama enam tahun di Pesantren Darul Arqam  Muhammadiyah Gombara Makassar bernama Firmansyah.

“kami para alumni bermaksud menyemarakkan hari santri yang jatuh pada hari ini,  dengan mengadakan nonton bareng bersama alumni dan para santri. Tapi sekali lagi kami kecewa karena film tersebut tidak tayang. Film-film yang banyak mengumbar nafsu, kekerasan dan jaun dari kesan mendidik,  ditayangkan,  sementara yang berisi pendidikan dan inspirasi justru tidak ditayangkan” kuncinya.

Film Duka Sedalam Cinta mulai tayang di bioskop Jakarta sejak 19 Oktober 2017. Film ini mengisahkan sosok Gagah (Hamas Syahid) pemuda tampan, cerdas dan idola para gadis, mengalami kecelakaan di suatu daerah di Maluku Utara. Ia ditolong oleh  Kyai Ghufron (Salim A. Fillah) dan tinggal di pesantren milik kyai tersebut. Selama berada di sana Gagah belajar banyak tentang Islam.

Sekembalinya dari Maluku Utara, perubahan Gagah membuat Mama (Wulan Guritno) heran, sedang adiknya yang tomboy, Gita (Aquino Umar), salah paham. Gita marah dan tidak bisa menerima perubahan Gagah.  

Suatu ketika Gita bertemu Yudi (Masaji Wijayanto), pemuda tampan misterius yang membuatnya simpati.  Gita juga berkenalan dengan Nadia (Izzah Ajrina) yang baru kembali dari Amerika, dan Ibu Nadia (Asma Nadia).

Gagah berusaha untuk terus  berbaikan dengan Gita. Gagah yang menjadi relawan Rumah Cinta untuk pendidikan anak dhuafa di pinggiran Jakarta, bersama 3 preman insyaf (Epi Kusnandar, Abdur, M. Bagya) menyiapkan sebuah rencana yang bisa mengubah segalanya. 

Namun sesuatu terjadi, membuat Gagah, Gita, Yudi dan Nadia bertemu dalam jalinan takdir yang membawa mereka pada duka sedalam cinta, dan sebuah pertemuan tak terduga di Halmahera Selatan.(*)


BACA JUGA