Majukan Musik Indonesia, Bekraf Butuh Dukungan Makassar

Kamis, 19 Oktober 2017 | 14:44 Wita - Editor: Irfan Wahab - Reporter: Citizen Reporter

Makassar, GoSulsel.com — Deputi I Bidang Riset Edukasi dan Pengembangan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Dr Boy Berawi, berharap dukungan semua elemen di Kota Makassar baik masyarakat, musisi dan pemerintah untuk memajukan potensi industri musik Indonesia.

Menurutnya, Makassar dikenal sebagai salah satu lumbung musisi hebat di Indonesia.

pt-vale-indonesia

Musik termasuk dalam sub sektor dalam bidang ekonomi kreatif dan Makassar memiliki pemimpin yang punya pengabdian luar biasa dalam memajukan ekonomi kreatif.

“Beruntung sekali Makassar punya Wakil Walikota yang peduli ekonomi kreatif, ia banyak membantu kami,” kata Bang Boy sapaan akrabnya pada acara workshop bertema sistem menajemen musik Indonesia di Ibis Hotel, Jl Maipa, Kamis (19/10/2017).

Ia menjelaskan, potensi ekonomi kreatif Indonesia semakin aktif dalam kurun waktu 7 tahun terakhir. Potensi ini adalah ciri khas Indonesia dengan segala keunggulannya mulai dari kerajinan, kuliner hingga Musik.

“Misalnya, jika mau bersaing dengan potensi industri otomotif negara lain yang sudah maju, kita akan kalah. Tapi kalau bicara ekonomi kreatif maka Indonesia bisa dan di Makassar punya banyak keunggulan itu,” ujar Boy.

Presidium Indonesia Musik Forum (IMF), Buddy Ace, mengakui Makassar memiliki segudang potensi musik, mulai dari warna musik, musisi dan pasarnya. Namun industri musik Makassar sudah tidak lagi seperti di masa Andi Meriem Matalatta.

Saat ini banyak musisi lokal yang beranggapan hanya dengan berkompetisi di Jakarta baru bisa mendapat nama, padahal itu teori yang salah.

Ia juga menyebut salah satu band ternama Makassar, Art2 Tonic. Menurutnya grup ini adalah band yang membanggakan potensi lokal. Mulai dari warna musik dan kritik yang dituangkan dalam bait lagunya bertujuan untuk membangun Makassar.

“Saya cari cari ini sahabat saya Rere (vokalis Art2Tonic). Saya rindu karyanya. Kemana dia? melalui lagunya ia mengkritisi daerahnya untuk membangun, Makassar bisa tonji,” ujarnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan, wrockshop tersebut dilaksanakan atas kerjasama IMF dan Bekraf yang bertujuan untuk mendiskusikan dan mencari solusi menghidupkan kembali industri musik Indonesia.

Saat ini pendapatan Indonesia dari sektor musik hanya sebesar 0,45 persen. Jumlah ini sangat sedikit, padahal Indonesia memiliki banyak potensi untuk mendokrak pendapatan ini. Salah satunya adalah menghentikan pembajakan.

“Masalah utamanya juga adalah pembajakan. Inilah yang membuat banyak musisi malas melahirkan karya,” ungkapnya.

Sementara itu Wakil Walikota Makassar, Dr. Syamsu Rizal Deng Ical, mengatakan saat ini unggulan Makassar pada sektor ekonomi kreatif ada pada kuliner dan perfilman.

Pria murah senyum ini mengatakan Makassar memiliki banyak pemuda kreatif dalam berbagai bidang. Meski demikian ia juga mengakui bahwa potensi musik di Makassar saat ini membutuhkan banyak dukungan Pemerintah terutama dalam melahirkan dan mendukung eksistensi band indie.

“Makanya selalu kami bilang, kalau ada hambatan dalam pengurusan administrasi termasuk dalam bidang musik, hubungi saya, saya upayakan bantu,” kata Deng Ical.

Hadir sejumlah pembicara dalam wrockshop tersebut, diantaranya drummer Pas Band Sandy, gitaris Boomerang John Paul Ivan, vokalis Edane Ekkie Lamoh, musisi legendris Pravida Supit dan wartawan senior Fajar Irawan. (*)

Tags:

BACA JUGA